INDONESIAONLINE – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Panama merangkap Honduras-Kosta Rika-Nikaragua, Sukmo Harsono, menanggapi capres nomor urut 1 Anies Baswedan terkait kepemimpinan global. Sukmo menyebut Anies kurang jauh pikniknya.

“Anies Bawesdan pikniknya kurang jauh, sehingga ujug-ujug ingin menjadi top leader di dunia,” kata Sukmo dalam keterangannya, Senin (8/1/2024).

Sukmo menjelaskan kepemimpinan Indonesia saat ini dalam tataran internasional berada di posisi penghormatan cukup tinggi. Dia menyebut penghormatan itu baik oleh Amerika maupun negara Eropa dan kawasan Selatan-Selatan.

“Dalam hal kerja sama Selatan-Selatan ini pada dasarnya dilatarbelakangi perjalanan sejarah negara-negara yang memiliki pengalaman pembebasan masyarakat dan bangsa dari sisa-sisa penjajahan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan,” ujarnya.

“Indonesia terus berbagi pengalaman bagaimana bangkit dari berbagai krisis, semisal akibat Covid-19,” sambungnya.

Oleh karena itu, Sukmo menilai Anies gagal paham terkait hubungan internasional. Sukmo lantas mencontohkan peran Indonesia saat G20.

“Keinginan capres Anies ujug-ujug ingin menjadi leader di kepemimpinan global menunjukkan gagal paham tentang hubungan internasional,” jelasnya.

“Keberhasilan Indonesia sebagai Presidency G20 dengan standar tinggi, keketuan ASEAN yang berhasil dalam membawa ASEAN menjadi mitra penting negara-negara maju,” lanjut dia.

Sukmo lalu mencontohkan pada saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diterima oleh Presiden Ukraina dan Rusia saat dalam kondisi perang. Menurutnya, hal itu menjadi bukti Indonesia telah menjadi negara dengan yang memiliki kekuatan kepemimpinan global.

Baca Juga  Soal Rekaman Surya Paloh Marahi Anies, Timnas Amin Tegaskan Hoaks

“Dalam krisis di Gaza sikap Indonesia menjadi rujukan bagi negara-negara saat voting mengecam Israel,” paparnya.

Ia menilai pernyataan Anies ingin menjadi top leader hanyalah bualan. Dia menilai dengan sikap Anies seperti itu, sama dengan tidak mengakui keberhasilan kepemimpinan yang ada saat ini.

“Sekali lagi keinginan Anies membawa misi kebudayaan saat berkunjung ke luar negeri menandakan bahwa batapa minimnya referensi,” ucaplpnya.

“Misi kebudayaan Indonesia sudah mendunia dengan kerja sama selama ini dengan pemprov, KBRI , swasta, dan BUMN dalam berbagai pameran termasuk dalam dalam pameran dagang pun misi kebudayaan masuk di dalamnya,” imbuh dia.

Anies sebelumnya berbicara mengenai visi-misinya tentang hubungan internasional bernegara. Anies mengatakan jika terpilih sebagai presiden, dia akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di konstelasi global.

“Ketika kepercayaan Bapak, Ibu, sekalian diberikan kepada kami, maka kami insyaallah akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di dalam konstelasi global, Indonesia tidak hadir sebagai penonton tapi Indonesia hadir sebagai penentu arah perdamaian, kemakmuran bagi seluruh bangsa di level global maupun di level regional,” ujar Anies dalam Debat Pilpres 2024, Minggu (7/1).

Baca Juga  Ada di Oposisi, Rizal Ramli Dianggap Memantik Diskursus Pilpres Lebih Menarik dan Terbuka

Anies mengatakan dia bersama pasangannya, Muhaimin Iskandar, memiliki rencana untuk membuat Indonesia kuat di segala bidang. Dia ingin budaya Indonesia mendunia.

“Kami merencanakan bagaimana kekuatan Indonesia, kekuatan kebudayaan, kekuatan kesenian, kekuatan ekonomi, ikut mewarnai kancah dunia, kita ingin film kita, seniman kita, kuliner kita, diplomat kita, para diaspora kita menjadi fenomena dunia. Hadir mewarnai kancah internasional,” ucapnya.

“Kita menginginkan dengan cara seperti itu maka apa yang kita kerjakan di level dunia membuat Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sekaligus tamu mempesona di negeri orang,” lanjutnya.

Ia kemudian mengatakan posisi Presiden harus menjadi panglima diplomasi. Dia menyebut posisi presiden penting dalam hubungan internasional.

“Dan presiden menjadi panglima diplomasi Indonesia, bukan hanya hadir dalam forum-forum tapi hadir mewarnai, hadir serius memperjuangkan amanat, termasuk amanat terpenting menghapuskan penjajahan di muka bumi bukan sekadar statement dalam upacara, tapi presiden dan seluruh jajaran diplomasi bekerja keras untuk itu khususnya untuk Palestina,” pungkasnya. (mut/hel)