INDONESIAONLINE – Masyarakat Indonesia terhenyak mendengar kabar tak mengenakkan. Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun dikabarkan pingsan dan mengalami pendarahan otak.

Kabar itu beredar di grup Whatsapp Jamaah Maiyah, Kamis (6/7/2023): “Mohon doanya teman-teman, Cak Nun gak sadarkan diri dirawat di RS Sarjito ada pendarahan otak. Sungguh mohon keikhlasan doa dari teman-teman semua,“.

Disusul kabar dari akun Twitter @caknundotcom. Akun tersebut mohon doa untuk kesembuhan budayawan dan penulis asal Jombang tersebut.

“Assalamualaikum wr. wb., Teman-teman semua yang kami hormati, hari ini Mbah Nun sedang istirahat di rumah sakit. Mohon doa dari teman-teman semua agar Mbah Nun segera bisa selesai dari istirahatnya. Terima kasih banyak. Wassalamualaikum wr. wb. Yogyakarta, Kamis 6 Juli 2023,” cuit akun @caknundotcom.

Baca Juga  Arung Jeram, Mahasiswa UIN KHAS Jember Tewas

Melansir Wikipedia, ragam dan cakupan tema pemikiran, ilmu, dan kegiatan Cak Nun sangat luas. Di antaranya, di bidang sastra, teater, tafsir, tasawwuf, musik, filsafat, pendidikan, kesehatan, Islam, dan lain-lain.

Selain penulis, ia juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, cendekiawan, ilmuwan, sastrawan, aktivis-pekerja sosial, pemikir, hingga kyai. Banyak orang mengatakan Cak Nun adalah manusia multi-dimensi.

Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintai nasihatnya, yang kemudian celetukannya diadopsi oleh Soeharto berbunyi “Ora dadi presiden ora pathèken” (“tidak jadi presiden tidak apa-apa”).

Setelah Reformasi 1998, Cak Nun bersama Gamelan Kiai Kanjeng memfokuskan berkegiatan bersama masyarakat di pelosok Indonesia. Aktivitasnya berjalan terus dengan menginisiasi Masyarakat Maiyah, yang berkembang di seluruh negeri hingga mancanegara.

Baca Juga  Dua Wanita Warga Spanyol dan Swiss Ikut Hilang Terseret Ombak Malang Selatan

Cak Nun bersama Kiai Kanjeng dan Masyarakat Maiyah mengajak untuk membuka yang sebelumnya belum pernah dibuka. Memandang, merumuskan dan mengelola dengan prinsip dan formula yang sebelumnya belum pernah ditemukan dan dipergunakan. Dalam pandangan akademisi Barat, pemikiran dan kegiatan ini bisa dimasukkan dalam perjuangan decoloniality (bn/dnv).