China Bakal Bikin Petani Indonesia Makin Sengsara Gara-Gara Pupuk Urea

China kembali membatasi ekspor pupuk urea. (Foto Ilustrasi: Rinkujareda/Pixabay)

INDONESIAONLINE – China meminta beberapa produsen pupuk untuk menghentikan ekspor urea. Kebijakan ini bisa berimbas pada para petani di Indonesia.

Pasalnya, China merupakan negara pemasok pupuk nomor dua terbesar bagi Indonesia setelah Kanada. Indonesia mengimpor pupuk sebanyak 6,39 juta ton pada 2022.

Dari jumlah itu, berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea Cukai impor pupuk dari China sebesar 1,06 juta ton. Jumlahnya di bawah Kanada yang tercatat 1,7 juta ton, serta sedikit di atas Rusia di angka 1,03 juta ton.

Kebijakan penghentian ekspor pupuk tersebut lantaran harga pupuk di China naik gila-gilaan. Langkah ini bisa berdampak terhambatnya pasokan dan meningkatkan biaya bagi para petani tujuan ekspor utama, termasuk Indonesia.

Melansir CNBC Indonesia, harga pupuk urea di Zhengzhou Commodity Exchange melonjak hampir 50 persen. Kenaikan itu berlangsung selama tujuh minggu dari pertengahan Juni sampai akhir Juli. Meskupun, harganya berfluktuasi dan turun sekitar 11 persen pada pekan ini.

Sejauh ini, larangan ekspor tersebut hanya berlaku pada pupuk jenis urea saja. Namun tetap saja bisa berpengaruh pada petani di Indonesia.

China selama ini menjadi produsen dan pemasok pupuk di sejumlah negara. Di antaranya negara India, Korea Selatan, Myanmar, dan Australia. Larangan ekspor ini disinyalir bisa mengancam pasokan serta membuat lonjakan harga pupuk urea global.

Petani Sulit Dapat Pupuk Subsidi

Meski dampak langsung larangan ekspor pupuk China belum terasa, tetapi kelangkaan pupuk sudah terjadi di Indonesia. Salah satunya dirasakan oleh para petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Petani setempat mengeluh pupuk, terutama yang bersubsidi mulai langka dan hilang di pasaran. Akibatnya petani terancam gagal panen, karena kesulitan mendapatkan pupuk untuk tanaman mereka.

Melansir KompasTV, pupuk bersubsidi yang mengalami kelangkaan adalah jenis urea dan ZA. Kelangkaan terjadi di kios dan distributor resmi sejak 2 bulan lalu. Salah satunya di kios 2 putri yang ada di Desa Wonosari, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember.

Pemilik kios, Yetti Arumi mengatakan setiap hari petani mendatangi kiosnya untuk belanja pupuk bersubsidi buat tanaman mereka, seperti jagung, karena saat ini musim tanam. Namun sayang, stok pupuk yang tersedia hanyalah pupuk non subsidi dengan harga jauh lebih tinggi.

Harga pupuk urea non subsidi mencapai 260 ribu rupiah per 50 kilogram, padahal yang subsidi hanya 90 ribu. Sedangkan pupuk ZA non subsidi mencapai 150 ribu rupiah per 50 kilogram, padahal yang subsidi hanya 70 ribu rupiah.

Petani, yakni Sukaryo dan Febri Hariyadi mengatakan kelangkaan pupuk subsidi membuat petani harus mengeluarkan lebih banyak uang agar bisa mendapatkan pupuk untuk tanaman mereka.

Namun bagi yang tidak memiliki uang lebih terpaksa membiarkan tanaman jagungnya rusak dan gagal panen.

ChinaEksporImporpupuk ureaSubsidi