INDONESIAONLINE – Tren baru bermunculan karena adanya media sosial. Dan salah satu tren yang sedang populer di kalangan pengguna internet adalah chroming challenge.
Tren ini bahkan sempat menduduki posisi teratas dalam penelusuran Google pada Jumat (6/9/2024), membuat banyak orang bertanya-tanya tentang apa sebenarnya chroming challenge yang kini sedang marak di TikTok.
Chroming challenge adalah tantangan yang menjadi viral di TikTok baru-baru ini. Meskipun terlihat seperti sebuah tantangan biasa, ternyata aksi ini memiliki potensi bahaya yang sangat serius dan patut diwaspadai.
Tantangan ini melibatkan praktik berisiko. Yakni seseorang menghirup gas dari produk rumah tangga seperti hairspray, deodoran, thinner, dan penghilang cat kuku.
Pada dasarnya, tren ini dilakukan hanya untuk mendapatkan sensasi sesaat. Namun, di balik sensasi yang dicari, terdapat bahaya kesehatan yang mengintai. Banyak dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari tren ini, mulai dari efek jangka pendek seperti pusing hingga risiko kerusakan organ vital.
Belakangan ini ramai tren chroming challenge telah menjatuhkan korban. Salah satu korban dari tren ini adalah Caesar Warson-King, seorang anak berusia 12 tahun asal Doncaster, Inggris. Caesar mencoba melakukan aksi chroming di rumahnya tanpa sepenuhnya menyadari risiko yang bisa muncul. Ia menghirup gas dari kaleng deodoran sebagai bagian dari tantangan tersebut.
Akibat aksinya, Caesar ditemukan oleh ibunya dalam kondisi tergeletak di lantai dapur dan mengalami kejang-kejang. Sang ibu segera membawanya ke rumah sakit. Caesar mengalami kegagalan jantung dan sempat berada dalam kondisi koma. Beruntung, Caesar berhasil pulih setelah menjalani perawatan intensif.
Melansir dari Healtdirect, Jumat (6/9/2024), menghirup gas dari produk-produk rumah tangga seperti yang dilakukan dalam chroming challenge dapat membawa dampak serius bagi kesehatan. Zat kimia yang terdapat dalam produk-produk tersebut dapat merusak sistem saraf, organ dalam, bahkan jantung.
Efek samping lainnya termasuk pusing, mual, kehilangan kesadaran, hingga kejang-kejang, seperti yang dialami Caesar. Pada beberapa kasus yang lebih parah, aksi ini bahkan bisa menyebabkan kematian mendadak.
Melihat dampak berbahaya dari chroming challenge, penting bagi kita semua, terutama orang tua dan guru, untuk lebih waspada terhadap tren-tren viral yang beredar di media sosial. Remaja sering kali tidak menyadari risiko dari tindakan yang mereka anggap sebagai “tantangan” atau “uji nyali”, sehingga edukasi tentang bahaya tren semacam ini sangat dibutuhkan.
Selain itu, platform media sosial seperti TikTok juga memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan membatasi konten yang mempromosikan perilaku berbahaya seperti ini. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, diharapkan tren-tren yang berpotensi merugikan seperti chroming challenge tidak akan terus merajalela dan menimbulkan korban lebih banyak. (mut/hel)