INDONESIAONLINE – Sejumlah ekonom menekankan pentingnya kehati-hatian Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dalam mengeluarkan pernyataan. Mereka menilai, sosok menkeu seharusnya mampu menunjukkan kepekaan sosial di tengah situasi yang sedang dihadapi masyarakat.
Dalam seminar daring bertajuk “Reshuffle Menyembuhkan Ekonomi?” pada Rabu (10/9/2025), ekonom senior sekaligus Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini menyoroti janji Purbaya untuk membawa pertumbuhan ekonomi ke level 6–7%. Menurut dia, target tersebut bukan semata ditentukan oleh Kementerian Keuangan, melainkan bergantung pada sektor industri yang mampu memperluas pasar global melalui ekspor.
Didik juga menegaskan perlunya kepekaan menkeu terhadap kondisi nyata, termasuk menurunnya jumlah kelas menengah yang sebelumnya menjadi penopang perekonomian nasional. Ia menilai, tanggapan Purbaya terhadap isu 17+8 di media sosial seharusnya lebih hati-hati, mengingat kelas menengah yang anjlok dari 57 juta menjadi 48 juta orang.
Pandangan serupa disampaikan ekonom Paramadina, Wijayanto Samirin. Ia menegaskan bahwa setiap ucapan menkeu dapat dianggap sebagai representasi kebijakan negara, sehingga berdampak langsung pada kepercayaan investor. “Apa yang disampaikan seorang menkeu bisa dianggap separuh kebijakan,” katanya.
Wijayanto mengingatkan agar Purbaya tidak memberikan janji berlebihan, tidak terlalu percaya diri, dan tidak menyederhanakan isu kompleks. Menurut dia, pernyataan yang keliru dapat merusak kredibilitas pemerintah di mata pasar.
Sebagai pejabat baru, Purbaya juga diimbau untuk memperkuat disiplin fiskal serta memastikan penggunaan APBN tepat sasaran. Ia diminta menghindari pemangkasan transfer ke daerah yang terlalu besar serta fokus menekan praktik underground economy seperti penyelundupan dan aktivitas ilegal lain yang membuat potensi penerimaan pajak negara hilang hingga ratusan triliun rupiah. (rds/hel)