Beranda

Festival Seabad Pram: Blora Rayakan Maestro Sastra Indonesia

Festival Seabad Pram: Blora Rayakan Maestro Sastra Indonesia
Pramoedya Ananta Toer (Ist)

INDONESIAONLINE – Peringatan seabad kelahiran sastrawan legendaris Pramoedya Ananta Toer (Pram) tak hanya berupa renungan, namun juga perayaan besar yang melibatkan berbagai elemen seni dan sastra. Bulan depan, tepatnya 6-8 Februari 2025, Blora, Jawa Tengah akan menjadi pusat perhelatan “Festival Perayaan Seabad Pramoedya Ananta Toer”.

Festival yang digagas oleh Pramoedya Ananta Toer Foundation dan Komunitas Beranda Rakyat Garuda ini, didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Blora akan menampilkan beragam kegiatan menarik. Mulai dari pameran seni rupa, pertunjukan musik, diskusi sastra yang mendalam, hingga pameran patung. Semua dirancang untuk menghormati warisan Pram yang kaya dan monumental.

Salah satu yang paling dinantikan adalah penerbitan kembali sejumlah karya Pram, termasuk beberapa yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Astuti Ananta Toer, putri sulung Pram mengungkapkan rencana penerbitan dua judul baru: “Yang Terserak dan Tercecer” dan “Musim Kawin di Nusa Kambangan.” Buku-buku ini, yang akan diterbitkan oleh Lentera Dipantara (sebelumnya banyak karya Pram diterbitkan melalui Hasta Mitra), akan menambah kekayaan khazanah sastra Indonesia.

“Festival ini tidak hanya sekadar mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali semangat dan pemikiran Pram,” ujar Astuti saat ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2025) kemarin.

Ia menambahkan bahwa festival ini juga akan menyelenggarakan residensi sastra di Pulau Buru, tempat sang sastrawan pernah menjalani masa pembuangan. Pulau Buru, yang menjadi saksi bisu masa sulit namun produktif bagi Pram, akan kembali menjadi pusat perhatian dan inspirasi bagi para seniman dan penulis muda.

Sejarawan Hilmar Farid, yang turut memberikan apresiasi atas penyelenggaraan festival ini, mengatakan bahwa Pram adalah tokoh penting yang pemikiran dan semangatnya harus terus diwariskan.

“Dari karya dan kiprah Pram, kita bisa mendapatkan banyak insight relevan untuk Indonesia hari ini, bahkan untuk masa depan,” ungkap pengajar Institut Kesenian Jakarta tersebut.

Peringatan seabad Pram bukan sekedar nostalgia atas masa lalu, tetapi juga refleksi kritis terhadap perjalanan bangsa Indonesia. Karya-karya Pram, yang telah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa di dunia, mencerminkan perjuangan, perlawanan, dan harapan akan keadilan.

Festival ini menjadi momentum yang tepat untuk kembali merenungkan karya-karyanya yang abadi dan menginspirasi generasi penerus untuk meneruskan perjuangan melawan ketidakadilan. Blora, sebagai tuan rumah, siap menyambut kedatangan para sastrawan, seniman, dan pecinta karya Pram dari seluruh Indonesia untuk bersama-sama merayakan seabad kelahiran sang maestro sastra.

Exit mobile version