INDONESIAONLINE – Penderitaan warga Palestina semakin pedih. Pasalnya Israel terus mengebom dan menghancurkan lingkungan sekitar Gaza. Kemudian satu-satunya pembangkit listrik di Gaza kehabisan bahan bakar. Dan akses bantuan ke Gaza ditutup.

Melansir laporan AP News, Kamis (12/10/2023) PBB mengatakan 260.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di Gaza, sebagian besar memadati sekolah-sekolah PBB. Pihak lain menyebut jika jumlah lingkungan yang aman di Gaza menyusut.

Setelah malam tiba, warga Palestina berada dalam kegelapan pekat di sebagian besar Kota Gaza. Pasalnya satu-satunya pembangkit listrik di wilayah tersebut kehabisan bahan bakar dan ditutup. Hanya beberapa lampu dari genset swasta yang masih menyala.

Apalagi, sejak Senin (9/11/2023) Israel menghentikan masuknya makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan ke Gaza. Satu-satunya penyeberangan yang tersisa dari Mesir ditutup pada Selasa (10/11/2023) setelah serangan udara terjadi di dekatnya.

Menurut Matthias Kannes, seorang pejabat dokter yang berbasis di Gaza, Al Shifa sebagai rumah sakit terbesar di Jalur Gaza hanya memiliki bahan bakar yang cukup untuk menyalakan listrik selama tiga hari. Kelompok itu mengatakan dua rumah sakit yang dikelolanya di Gaza kehabisan peralatan bedah, antibiotik, bahan bakar, dan persediaan lainnya.

Baca Juga  Vladimir Putin Trending setelah Sebut Tanah Asli Palestina Direbut Israel dengan Kekuatan Militer 

Ghassan Abu Sitta, seorang ahli bedah rekonstruksi di al-Shifa, mengatakan ada 50 pasien yang menunggu untuk dibawa ke ruang operasi.

“Kita sudah melampaui kapasitas sistem untuk mengatasinya. Sistem kesehatan memiliki sisa waktu seminggu sebelum sistem tersebut runtuh, bukan hanya karena solar. Semua persediaan hampir habis,” katanya.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan generator rumah sakit lain akan habis dalam lima hari. Bangunan tempat tinggal, yang tidak mampu menyimpan bahan bakar diesel sebanyak itu, kemungkinan besar Gaza akan gelap gulita lebih cepat.

Menurut seorang pejabat keamanan Mesir, pihaknya dan kelompok internasional telah menyiapkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Bantuan tersebut terdiri penuh dengan bahan bakar dan makanan sejak Rabu (11/10/2023) di sisi penyeberangan Rafah di Mesir. Namun tidak dapat memasuki Gaza.

Baca Juga  Tentara Israel Serbu Rumah Khatib Masjid Al-Aqsa

Di kamp pengungsi Jabalia di Gaza, pekerja penyelamat dan warga sipil membawa orang-orang yang berlumuran darah dan jelaga menuju ambulans setelah serangan merobohkan bangunan. Jalanan tertutup logam, bongkahan beton, dan debu tebal.

Tim medis dan penyelamat berjuang untuk memasuki daerah lain yang jalanannya rusak parah. Termasuk yang rusak parah adalah distrik al-Karama di Kota Gaza. Di mana sejumlah besar orang tewas atau terluka. Serangan-serangan itu telah menewaskan sedikitnya empat paramedis Bulan Sabit Merah, kata organisasi itu.

Risiko meluasnya perang terlihat jelas pada Rabu (11/10/2023), setelah kelompok militan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran menembakkan rudal anti-tank ke posisi militer Israel dan mengklaim telah membunuh dan melukai tentara.

Militer Israel mengkonfirmasi serangan itu tetapi tidak mengomentari kemungkinan korban jiwa. Tentara Israel menembaki daerah di Lebanon selatan tempat serangan dilancarkan.