Mengungkap jejak gurita bisnis Mohammad Riza Chalid, ‘The Gasoline Godfather’, yang kini menjadi buronan Kejaksaan Agung dalam mega skandal korupsi minyak mentah Pertamina.
INDONESIAONLINE – Sebuah rumah mewah di kawasan elit Jakarta Selatan menjadi saksi bisu kejatuhan seorang taipan. Pada Senin, 25 Agustus 2025, plang sita dari Kejaksaan Agung (Kejagung) RI terpasang kokoh di pagarnya, menandai babak baru dalam perburuan Mohammad Riza Chalid, pengusaha yang dijuluki ‘The Gasoline Godfather’.
Namanya sontak merajai linimasa digital. Hingga Kamis (28/8/2025), pencarian terkait Riza Chalid masih bertengger di puncak Google Trends, seiring publik yang kembali menelisik labirin bisnis dan kekuasaan yang dibangunnya selama puluhan tahun, yang kini membawanya pada status buronan dalam kasus dugaan korupsi minyak mentah yang mengguncang PT Pertamina.
Penyitaan aset ini bukan sekadar penyitaan properti, melainkan simbol runtuhnya imperium yang selama ini dianggap tak tersentuh.
Di Balik Julukan ‘Godfather Bensin’
Siapakah Mohammad Riza Chalid? Bagi publik, namanya kerap berbisik di lingkaran elite politik dan bisnis energi. Ia adalah Beneficial Owner (BO) dari PT Navigator Khatulistiwa dan PT Orbit Terminal Merak, dua perusahaan kunci dalam pusaran kasus ini.
Namun, jaring bisnisnya jauh lebih luas dari sekadar logistik migas. Berdasarkan catatan Tatler Asia, Riza adalah sosok di balik lisensi taman hiburan edukatif KidZania di Pacific Place, Jakarta. Ia juga tercatat sebagai investor strategis di kawasan prestisius Sudirman Central Business District (SCBD) dan memiliki saham di maskapai Air Asia Indonesia.
“Riza Chalid adalah contoh klasik pebisnis yang melakukan diversifikasi ekstrem. Dari hulu hingga hilir energi, properti, hiburan, hingga pendidikan melalui Sekolah Islam Internasional Al-Jabr yang ia dirikan pada 1994,” ujar Dr. Hermawan Sutanto, analis ekonomi dari Institute for Strategic Economic Studies (ISES), saat dihubungi Kamis (28/8/2025).
Kiprah utamanya tetap di sektor energi. Melalui perusahaan seperti Supreme Energy, Straits Oil, dan Cosmic Petroleum, ia membangun reputasi sebagai pemain utama. Namanya juga tak lepas dari Pertamina Energy Trading Limited (Petral), anak usaha Pertamina yang akhirnya dilikuidasi pada 2015 karena dinilai menjadi sarang praktik mafia migas yang merugikan negara triliunan rupiah.
Pada masa jayanya, laporan The Malaysian Reserve pada 2015, yang dikutip oleh Globe Asia, menaksir kekayaannya mencapai 415 juta dolar AS, menempatkannya di posisi 88 dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Prahara Korupsi: Intervensi dan Pemufakatan Jahat
Menurut rilis resmi Kejaksaan Agung, peran Riza Chalid dalam mega skandal ini sangat sentral. Ia diduga mengintervensi kebijakan tata kelola di PT Pertamina untuk memaksakan kerja sama penyewaan terminal BBM tangki Merak melalui perusahaannya, PT Orbit Terminal Merak.
“Kesepakatan ini dibuat meskipun pada saat itu Pertamina belum membutuhkan tambahan fasilitas penyimpanan. Ini adalah tindakan melawan hukum yang jelas-jelas menguntungkan pihak tertentu,” tegas Ketut Sumedana, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Intervensi ini diduga melibatkan petinggi Pertamina saat itu, termasuk Hanung Budya (Direktur Pemasaran dan Niaga 2014) dan Alfian Nasution (VP Supply & Distribusi 2011–2015).
Kasus ini semakin rumit dengan keterlibatan putranya, Muhammad Kerry Adrianto Riza. Kerry, sebagai BO PT Navigator Khatulistiwa, diduga terlibat dalam pemufakatan jahat berbeda, yakni terkait pengadaan impor minyak mentah oleh PT Kilang Pertamina Internasional dan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga untuk meraup keuntungan pribadi.
Jejaring yang Runtuh: 18 Nama di Papan Tersangka
Kasus ini membuktikan adanya dugaan korupsi sistemik yang melibatkan pejabat aktif Pertamina, mantan pejabat, hingga pihak swasta. Kejagung telah menetapkan 18 tersangka, sebuah daftar panjang yang memperlihatkan betapa dalam gurita ini mencengkeram BUMN energi tersebut.
Beberapa nama kunci yang terseret antara lain:
Riva Siahaan (RS): Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga
Sani Dinar Saifuddin (SDS): Direktur Feedstock & Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional
Yoki Firnandi (YF): Direktur Utama PT Pertamina International Shipping
Hanung Budya Yuktyanta (HB): Mantan Direktur Pemasaran & Niaga PT Pertamina
Mohammad Riza Chalid (MRC): BO PT Orbit Terminal Merak (Buron)
Muhammad Kerry Andrianto Riza (MKAR): BO PT Navigator Khatulistiwa
“Daftar tersangka yang mencakup jajaran direksi aktif hingga mantan pejabat tinggi menunjukkan adanya kultur permisif terhadap praktik koruptif yang sudah berlangsung lama. Ini bukan lagi soal oknum, tapi sistem yang harus dibongkar hingga ke akarnya,” tambah Dr. Hermawan Sutanto.
Kini, dengan status buron yang melekat padanya dan aset-aset yang mulai dilucuti, era kejayaan ‘The Gasoline Godfather’ berada di ujung tanduk. Perburuan terhadap Riza Chalid dan pengungkapan total kerugian negara dalam skandal ini akan menjadi ujian terbesar bagi penegakan hukum di sektor energi Indonesia.
Publik pun menanti, apakah sang ‘Godfather’ akan menghadapi pengadilan atau tetap menjadi bayangan dalam sejarah kelam mafia migas nasional (ina/dnv).