INDONESIAONLINE – Pemkot Mojokerto bersama segenap jajaran DPRD, Forkopimda, sejumlah organisasi masyarakat serta pihak swasta melakukan deklarasi komitmen terhadap upaya mewujudkan Zero Stunting di Kota Mojokerto.

Deklarasi tersebut berlangsung dalam forum Rembug Percepatan Penurunan Stunting di Pendapa Sabha Mandala Madya Pemerintah Kota Mojokerto, Rabu (20/7/2022).

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menegaskan bahwa deklarasi tersebut mengandung konsekuensi. Bahwa komitmen dan berkolaborasi tidak hanya dari unsur pemerintah, namun seluruh stakeholder dan masyarakat.

Di mana masing-masing pihak memiliki andil untuk mengupayakan percepatan penurunan stunting sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing.

“Ini tentu akan dituangkan dalam bentuk sebuah rencana aksi bersama-sama yang dibreakdown berdasarkan tugas dan fungsi kita masing-masing. Apa, siapa, harus berbuat apa dalam hal ini,” ungkap sosok yang akrab disapa Ning Ita ini.

Baca Juga  September Lengser, Ini 3 Usulan Nama Pj Gubernur Jateng

Cara kerja yang demikian, oleh Ning Ita disebut sebagai sebuah program keroyokan. Ia meyakini bahwa hal tersebut akan membuat tujuan lebih cepat tercapai dari pada dilakukan masing-masing.

Di tahun 2021, berdasarkan SSGI (Studi Status Gizi Indonesia), prevalensi stunting di Kota Mojokerto berada di angka 6,9. Angka tersebut merupakan terendah di Jawa Timur dan ke-2 di tingkat nasional.

Namun, Ning Ita meminta agar pihaknya tidak berpuasa hati terhadap hasil tersebut. Mengingat zero stunting adalah program nasional yang harus dicapai di seluruh daerah di Indonesia.

“Kota Mojokerto ingin bercita-cita menjadi daerah yang bisa mendukung menyukseskan program nasional yaitu mewujudkan SDM yang berkualitas, demi cita-cita nasional indonesia emas 2045,” ungkap Ning Ita.

Baca Juga  Ada Peningkatan, Retribusi Parkir Kota Batu Sampai Juni Capai Rp 400 Juta

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Mojokerto, dr Triastutik Sri Prastini, Sp.A. Jika kebutuhan gizi mutlak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. 

“Terutama dalam 1.000 HPK (hari pertama kehidupan). Mengingat masa tersebut adalah masa emas yang menentukan tumbuh kembang anak kedepannya secara signifikan,” ujarnya.

Selain itu Rembug Stunting ini menghadirkan Narasumber dari Tenaga ahli Pool Iney LGCB-ASR (Local Government Capacity Building for Acceleration of Stunting Reduction) Regional III Kemendagri. Dengan narasumber pendamping Sony Basuki Rararjo wakil ketua 1 DPRD Kota Mojokerto, Agung Moeldjono,  Kepala Bappedalitbang dan dr Triastuti Sri Prastini, Sp.A Kepala DinkesP2KB.