INDONESIAONLINE – Suatu ketika, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengajak asisten pribadinya, Kiai Zastrouw Al-Ngatawi, untuk berziarah ke makam Eyang Gusti Aji di Gunung Lawu. Mendengar nama gunung itu, Zastrouw Al-Ngatawi terheran-heran. 

Dia lantas bertanya kepada Gus Dur. “Gus, serius mau ajak ziarah ke Gunung Lawu? Itu kan tempat ziarah kaum abangan, Gus?” ujarnya.

Gus Dur lantas menjawab bahwa dirinya serius akan pergi ke Gunung Lawu. Hal itu semakin membuat Zastrouw Al-Ngatawi penasaran.

Kisah keramat kewalian Gus Dur saat berada di Gunung Lawu ini diungkapkan oleh Zastrouw Al-Ngatawi. Menurut Zastrouw yang dilansir dari kanal YouTube Penerus Para Nabi, Gunung Lawu adalah tempat ziarah yang banyak dikunjungi kaum abangan. Tapi Gus Dur tetap memaksa untuk mengunjunginya, walaupun makam di Gunung Lawu dianggap sebagai pentolannya kaum abangan.

Baca Juga  Cegah Penyebaran Covid-19, Polres Lamongan Sosialisasikan Aturan Libur Nataru ke Tokoh Agama

 Gus Dur juga menjawab santai soal anggapan yang ada selama ini mengenai makam di Gunung Lawu, “Yang mengerti Islam atau bukan Islam itu hanyalah Allah,” kata Zastrouw menirukan Gus Dur.

Saat ditanya melakukan apa ketika di lokasi ziarah di kaki Gunung Lawu, Zastrouw menyebut Gus Dur melakukan tahlilan kepada yang dimakamkan di tempat tersebut.

Setelah selesai melakukan tahlilan, Gus Dur diminta sang juru kunci untuk mengambil pusaka di dalam sebuah gedung yang ada di lokasi makam. Benda pusaka yang diambil ini nanti akan menjadi pegangan. 

Lokasi pengambilan pusaka itu berada di sebuah gedung yang gelap gulita alias tidak ada pencahayaan.nSehingga bisa dikatakan pengambilannya bersifat spekulatif atau hanya mengira-ngira saja benda pusaka apa yang didapat.

Baca Juga  Ethiopia Miliki Penanggalan Unik, Kini Masih Tahun 2016

Pengambilan benda pusaka oleh Gus Dur di makam Gunung Lawu ini ada dua, yaitu sebuah buku dan kain. Buku yang diambil Gus Dur ini ternyata adalah Alquran dan kain adalah sebuah selendang.

Melihat benda pusaka yang diambil salah satunya adalah Alquran, Gus Dur menyebut yang dimakamkan ternyata wali qutub.  “Wah beliau yang dimakamkan di sini ternyata wali qutub yang menyembunyikan diri,” ungkap Gus Dur menjelaskan maknanya.