INDONESIAONLINE  – Sebuah kisah datang dari seorang ustaz yang alim dan sangat kaya raya yang enggan membantu cucu Rasulullah, yakni Syarifah.

Dilansir dari akun Tiktok @Ferry Rifaldi, Selasa (6/6/2023), pada suatu hari ada seorang Syarifah cucu Rasulullah SAW dari kalangan Sa’adah Ba’alawiyin.

Setelah ditinggal oleh sang suami, Syarifah menjadi seorang fakir miskin yang mana ia harus menghidupi ketiga anak perempuannya yang masih kecil. Karena tidak memiliki tempat tinggal, suatu hari ia membawa putri-putrinya ke luar daerah lain. Ia kemudian bertemu dengan seseorang. Selanjutnya ia menanyakan mengenai sosok orang paling alim di daerah tersebut.

Lalu orang tersebut menjelaskan jika di daerah tersebut ada seorang ustaz yang sangat alim dan juga orang paling kaya. Syarifah kemudian menemui sosok ustaz yang dijelaskan oleh orang yang ia temui itu.

Saat bertemu dengan sosok ustaz itu, Syarifah menceritakan kondisi keluarganya untuk mendapatkan makanan untuk anak-anaknya. Tak hanya itu. Syarifah juga menjelaskan dirinya merupakan Syarifah dari golongan Alawiyah.

Mendengar cerita dan pernyataan Syarifah itu, ustaz itu meminta bukti dan saksi kepada Syarifah agar dirinya terbukti benar dari golongan Alawiyah. “Tunjukkan bukti dan saksi bahwa engkau seorang Alawiyah dan Syarifah yang merupakan keturunan Rasulullah,” kata ustaz itu.

Selanjutnya Syarifah mengatakan ia adalah orang asing di daerah tersebut dan tidak ada satu pun orang yang mengenalinya. “Saya perempuan asing di daerah ini dan tidak ada satu pun orang yang mengenali saya,” jawab Syarifah.

Mendengar jawaban Syarifah, ustaz itu malah berbalik dan meninggalkan Syarifah tanpa membantunya. Atas perbuatan ustaz itu, Syarifah merasa sedih dan kecewa. Ia lantas meninggalkan tempat ustaz tersebut.

Namun, di tengah perjalanan, Syarifah bertemu dengan seorang Yahudi yang memperhatikan raut wajah Syarifah. Yahudi itu kemudian menanyakan apa yang sudah terjadi kepada Syarifah. Dengan berat hati, Syarifah menceritakan kondisi keluarganya kepada Yahudi itu.

Baca Juga  Mengimani Shirath, Jembatan di Atas Neraka 

Mendengar cerita Syarifah, Yahudi itu kemudian bangkit dan langsung mengutus pembantunya untuk menjemput putri Syarifah untuk dibawa ke rumahnya. Di rumah Yahudi itu, Syarifah dan putrinya diberi makanan yang paling enak dan pakaian yang paling bagus. Keluarga Syarifah pun bermalam dengan tenang di rumah Yahudi itu.

Sementara si ustaz yang enggan membantu Syarifah tadi bermimpi dalam tidurnya seakan-akan kiamat telah tiba dan seakan berada di Padang Mahsyar. Dalam mimpinya itu, banyak umat yang mengejar Rasulullah agar mendapat syafaatnya, termasuk dirinya.

Tiba-tiba tampak sebuah istana dari zamrud hijau yang terasnya terbuat dari mutiara dan batu alam yang sangat indah. Di dalamya terdapat kubah-kubah dari mutiara dan marjan. Ustaz itu pun kagum dengan bangunan itu. Ia kemudian bertanya untuk siapakah bangunan tersebut.

Rasulullah bersabda: “Allah menciptakannya untuk seorang muslim yang bertauhid dan membantu salah satu dari cucuku.”

“Wahai Rasulullah, saya seorang muslim yang bertauhid,” kata si ustaz dengan penuh harap.

Rasulullah bersabda: “Tunjukkan bukti dan saksi bahwa engkau seorang yang bertauhid.”

Mendengar hal itu, si ustaz pun kebingungan. Rasulullah kemudian kembali bersabda: “Ketika seorang perempuan Alawiyah meminta tolong kepadamu, engkau berkata kepadanya tunjukkan bukti dan saksi bahwa engkau seorang Alawiyah. Demikian pula engkau, tunjukkanlah bukti kepadaku bahwa engkau adalah seorang muslim.”

Si ustaz pun terbangun dari tidurnya dalam keadaan gundah gulana. Ia pun menyesal karena telah menolak si Syarifah. Keesokan harinya, ia pun berkeliling untuk mencari Syarifah untuk menebus kesalahannya. Usai berkeliling dan bertanya, akhirnya diketahui keluarga Syarifah ditampung oleh keluarga Yahudi.

Baca Juga  Tak Bisa Sembarangan, Dalam Islam Jima' Ada Adabnya

Si jstaz pun mendatangi rumah Yahudi itu dan meminta Syarifah untuk diserahkan kepadanya. Namun, Yahudi itu menolak dengan alasan ia telah memperoleh berkah dari keluarga Syarifah.

“Aku menghendaki si Alawiyah beserta putri-putrinya dari dirimu,” kata ustaz itu.

“Aku tidak mungkin menyerahkan mereka. Sungguh, aku telah memperoleh berkah dari mereka,” jawab si Yahudi.

“Silakan ambil 1.000 dinar dariku, tapi serahkan keluarga Syarifah itu padaku,” pinta si ustaz lagi.

“Aku tidak akan melakukannya,” jawab si Yahudi.

Si ustaz pun terus memaksa si Yahudi itu. “Engkau harus menyerahkannya.”

“Aku juga bermimpi dalam tidur sebagaimana engkau mimpikan. Aku lebih berhak atas apa yang engkau inginkan. Sedangkan gedung yang engkau lihat dalam mimpiku itu memang diciptakan untukku.”

Dalam mimpinya, Yahudi itu mendengar Rasulullah bersabda: “Apakah perempuan Alawiyah beserta putri-putrinya bersamamu?”

Aku menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bersabda: “Gedung itu untukmu dan keluargamu, asalkan engkau bersyahadat, engkau dan keluargamu akan menjadi penduduk surga.”

Mendengar hal itu, ustaz pun bertanya kepada Yahudi itu “Apakah engkau menunjukkan Islam kepadaku?”

“Semalam aku dan keluargaku tidak tidur memikirkan karunia si Syarifah ini. Demi Allah,” jawab si Yahudi.

Selanjutnya, Yahudi itu mengucap dua kalimat Syahadat di hadapan ustaz itu. Si jstaz itu pun tak kuat menahan air matanya karena merasa sedih dan kecewa.

Hikmah yang dapat dipetik dari cerita ini ialah kita tidak boleh pandang bulu dalam menebar kebaikan, apalagi membantu sesama. Bantulah selagi kita mampu tanpa memikirkan imbalan yang akan didapat nanti. Jika hati kita ikhlas, niscaya Allah akan menggantinya dengan hal yang lebih besar. (as/hel)