Beranda

LBP Sebut Harga Tiket Pesawat Indonesia Termahal Kedua di Dunia, Ini Kata Pengamat

LBP Sebut Harga Tiket Pesawat Indonesia Termahal Kedua di Dunia, Ini Kata Pengamat
Luhut Binsar Pandjaitan sebut harga tiket pesawat Indonesia jadi yang termahal kedua di dunia (Ist)

INDONESIAONLINE – Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyebut bahwa harga tiket pesawat di Indonesia adalah yang termahal kedua di dunia, setelah Brasil.

Gerry menyatakan bahwa berdasarkan analisisnya, harga tiket pesawat domestik di Indonesia justru lebih murah dibandingkan dengan negara lain.

Gerry menjelaskan bahwa dia membandingkan harga tiket pesawat dari Indonesia dengan tiket domestik di beberapa negara, termasuk Brasil, Amerika Serikat, Italia, dan Argentina. Dia mengacu pada data dari salah satu online travel agent (OTA) untuk penerbangan pada Kamis, 25 Juli 2024.

Sebagai contoh, tiket penerbangan dari Jakarta ke Denpasar, Bali, dengan durasi sekitar 1 jam 50 menit dihargai Rp 1,05 juta. Sebaliknya, penerbangan domestik di Brasil, dari Rio de Janeiro ke Sao Paulo yang memiliki waktu tempuh lebih singkat (1 jam 5 menit), dibanderol dengan harga Rp 3,38 juta.

“Brasil memang mahal,” ungkapnya.

Gerry juga menyoroti bahwa tiket pesawat di negara lain seperti Italia, AS, dan Argentina, masih lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Misalnya, tiket penerbangan dari Milan ke Napoli di Italia mencapai Rp 1,47 juta, tiket dari Los Angeles ke San Francisco di AS seharga Rp 1,14 juta, dan dari Buenos Aires ke Cordoba di Argentina sebesar Rp 1,26 juta.

Ia menambahkan bahwa harga tiket internasional biasanya tidak termasuk biaya bagasi, yang minimal sekitar Rp 300.000, sementara di Indonesia, tiket biasanya sudah termasuk bagasi gratis 10-20 kilogram.

Sebelumnya, Luhut menyatakan bahwa harga tiket pesawat di Indonesia menjadi yang tertinggi kedua secara global, hanya setelah Brasil.

Dia menyebutkan bahwa mahalnya harga tiket ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas penerbangan pasca-pandemi COVID-19. Menurutnya, harga yang tinggi ini menjadi keluhan masyarakat, karena aktivitas penerbangan global telah pulih hampir 90% dibandingkan sebelum pandemi.

Data IATA memperkirakan bahwa pada 2024, akan ada 4,7 miliar penumpang secara global, meningkat 200 juta dibandingkan tahun 2019 (red/dnv).

Exit mobile version