INDONESIAONLINE – Berbagai ulah turis asing di Bali tengah viral menjadi perbincangan publik. Usai geger mengganti plat motor menjadi nama hingga nomor handphone, kali ini sejumlah turis asing membuat petisi berisi protes dengan suara kokok ayam. 

Petisi itu disampaikan lantaran para turis asing itu terganggu dengan suara ayam berkokok tiap subuh, di lingkungan tempat mereka menginap di area Jimbaran, Kuta Selatan, Badung.

Petisi itu dilayangkan melalui Satuan Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kuta Selatan, sejak 2 Maret 2023 lalu. 

Kronologi kejadiannya ketika seorang wisatawan asing dari Rusia terganggu dengan suara kokok ayam di tempatnya menginap.

“Jadi ayamnya itu berkokok setiap hari dan dia keberatan berkokoknya itu di kala subuh (pukul 4-5 pagi), siang juga berkokok,” kata Kepala Seksi Trantib Kuta Selatan I Kadek Agus Alit Juwita, dikutip DetikBali, Senin (6/3/2023). 

Lantas keluhan tersebut disampaikan dalam bentuk petisi oleh salah satu dari turis asing ke kantor Trantib. Turis asing itu datang bersama dengan warga lokal yang menjadi kepercayaannya di Homestay Anumaya. 

Isi petisi itu disebutkan bahwa menolak adanya suara ayam berkokok setiap hari di depan homestay, tempat mereka menginap. 

Baca Juga  Rugikan Negara Ratusan Juta, Pemkab Tulungagung Bersama Bea Cukai Bakar Rokok Ilegal dan Miras tanpa Cukai

“Kalau komplain menurut pengakuan tamunya setiap hari. Tamu itu sudah ada sebulan menginap di homestay itu,” kata Alit. 

Dia juga mengaku kejadian itu lucu dan baru kali pertama terjadi di wilayahnya. Sedangan homestay Anumaya Bay View sendiri sudah lama berdiri di kawasan Jimbaran.

“Setelah pandemi istilahnya kami baru ramai lagi sama wisatawan, ya homestay sih sudah lama berdiri. Jadi lucu juga ada kejadian ini,” ucap Alit.

Upaya mediasi antara turis asing dengan pemilik ayam pun telah dilakukan dan gagal. 

“Kalau kemarin kami coba sampaikan ke Made Yadya (pemilik ayam) supaya 7 ekor ayamnya direlokasi agak jauh dari homestay tersebut. Namun, Made Yadya keberatan sehingga mediasi itu gagal,” ujarnya. 

“Ya nanti lihat keputusan akhirnya bagaimana. Apakah nanti ada kompensasi atau bagaimana, kami hanya menengahi,” imbuhnya.

Menurut pemilik ayam, Dia telah lahir dan tinggal selama puluhan tahun. Made Yadya pun menolak memindahkan ayam miliknya. 

Baca Juga  Berkunjung di Kediri, Ridwan Kamil Datangi Taman Brantas

“Saya nggak peduli. Saya lho udah dari zaman Belanda di sini kakek dan nenek saya,” kata Agus. 

Di sisi lain, turis asing yang melayangkan petisi bernama William menuding tetangganya melakukan judi sabung ayam. 

“Dia itu bertarung ayam dan itu ilegal di Indonesia. Hukum lemah. Pria ini (sang pemilik) memiliki banyak ayam dan mereka berkokok mulai jam 3 pagi, membuat orang lain tidak bisa tidur,” katanya. 

William juga sempat menawarkan Rp 500 ribu kepada Agus, pemilik ayam agar mau memindahkan ayamnya. Namun, tawaran tersebut ditolak.

Di berbagai media sosial, kasus ini pun marak menjadi perbincangan. Banyak warganet yang menyebut para turis asing itu kalangan low budget atau turis yang pas-pasan. 

“Low budget aja kebanyakan gaya, kalau nggak mau keganggu ayam ya jangan homestay, hotel tuh banyak,” komentar akun @nyo*** di Twitter. 

“Ada harga ada fasilitas. Pelihara ayam itu udah jadi bagian kehidupan warga Bali. Kok bisa ayam diatur, kirain alarm kali,” ungkap akun @sim*** di Twitter.