INDONESIAONLINE – Soto Pasar Templek di Madiun banyak penggemar. Bagi kalangan pelajar era 1990-an di wilayah Madiun tentu tidak asing dengan soto Pasar Templek. Soto ayam  yang berada di Pasar Mojorejo itu memang favorit pelajar sejak kali pertama buka. Harganya yang ramah di kantong, menjadi salah satu alasannya. Para pelajar yang kini telah sukses masih banyak yang datang untuk bernostalgia menikmati sajian soto templek.

‘’Dulu memang banyak pelajar yang makan di sini. Sini kan dekat dengan sekolahan. Ada yang sudah jadi tentara, polisi, pengusaha. Kalau pas pulang makan ke sini terus ngomong kalau dulu pas sekolah sering makan di sini,’’ kata Musinem penjual Sote Templek, Rabu (25/1/2023).

Pasar Templek memang dekat dengan SMAN 1 Kota Madiun dan SMKN 2 Kota Madiun. Namun, banyak juga pelajar dari sekolah lain. Lagi-lagi, karena harganya yang ramah di kantong pelajar. Tapi, Musinem bukan satu-satunya pedagang soto di Pasar Templek. Ada seorang pedagang lainnya. Dua-duanya juga sama-sama lama. ‘’Saya ini meneruskan adik ipar. Jadi yang pertama adik ipar saya dulu,’’ jelas warga Jalan Pagu Indah tersebut.

Baca Juga  Tahun 2023, Diskopindag Kota Malang Targetkan Retribusi Pasar Capai Rp 7, 25 Miliar

Adik iparnya itu bernama Sunarti. Saat ini sudah pindah ke Kabupaten Ponorogo dan membuka toko kelontong. Musinem awalnya hanya diminta membantu berjualan sekitar tahun 1998. Usaha itu lantas diteruskan Musinem pada 2005 sampai sekarang. Namun, soto tersebut sudah buka jauh sebelum itu. Musinem memang tak mengingat pastinya. Apalagi, di awal buka dia belum terlibat secara langsung. Sunarti yang membuka kali pertama.

‘’Yang jelas dia (Sunarti) punya anak seumuran keponakan saya ini. Pas anaknya masih kecil, sudah berjualan. Keponakan saya ini saja sudah mau 40 tahun,’’ ujarnya. 

Jika mengacu cerita Musinem, soto ayam Sunarti dimungkinkan sejak era 80-an awal. Musinem baru terlibat era 90-an akhir. Dia diminta membantu membuatkan minuman dan lainnya. Itu dijalani Musinem kurang lebih selama tujuh tahun. Sunarti bersama suami lantas memutuskan pindah ke Ponorogo. Sunarti memang asli Ponorogo. Musinem diminta untuk meneruskan. ‘’Eman kalau tutup. Pelanggan kita sudah banyak. Kemudian saya teruskan,’’ ungkapnya.

Baca Juga  Gelaran Banyuwangi Culinary Festival Sukses dan Meriah

Soto Pasar Templek memang terkenal murah. Di era Musinem, seingatnya dulu hanya seharga Rp 500 seporsi. Tentu itu ramah di kantong pelajar. Bahkan, untuk era saat ini masih terbilang cukup murah. Harga soto Musinem hanya Rp 5 ribu seporsi. Tak heran, warung sotonya salah satu yang favorit. Pembelinya silih berganti. Ada juga pelanggan lama yang bernostalgia.

‘’Ada juga yang tidak mau dikasih kembalian. Katanya, (kembalian) buat saya saja. Karena dulu pernah tidak jujur pas waktu bayar,’’ kenang Musinem lantas tersenyum.

Padahal, dia mengaku tidak pernah memikirkan itu. Kalaupun ada yang tidak jujur, Musinem tidak pernah memperdulikan. Toh, kebanyakan pelanggannya pelajar dengan uang jajan pas-pasan. Hal itu dianggapnya sebagai ladang amal. ‘’Rezeki itu sudah ada yang mengatur. Saya hanya menghitung dari yang mereka laporkan. Saya percaya sama pelanggan,’’ pungkas perempuan 59 tahun itu.