INDONESIAONLINE – Neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) kembali menorehkan catatan buruk di September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat defisit mencapai USD 154,34 juta, yang membuat total defisit kumulatif Januari-September 2024 mencapai USD 2,9 miliar.
Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan defisit kumulatif tahun lalu (USD 5,7 miliar), penurunan kinerja neraca perdagangan tetap menjadi sorotan. Penyebabnya terletak pada surplus perdagangan sektor nonmigas yang lebih kecil dibandingkan defisit nilai perdagangan sektor migas.
Defisit perdagangan sektor migas mencapai USD 351,72 juta, sementara surplus perdagangan sektor nonmigas hanya USD 197,38 juta.
“Kondisi ini harus segera diperbaiki agar neraca perdagangan Jawa Timur dapat kembali ke zona surplus,” lapor BPS Jatim dalam laporan terbarunya.
Ekspor Terpuruk, Impor Turun Sedikit
Nilai ekspor Jatim pada September 2024 mengalami penurunan sebesar 7,34% dibandingkan bulan sebelumnya, dari USD 2,33 miliar menjadi USD 2,16 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor sektor nonmigas yang lebih dalam dibandingkan peningkatan kinerja ekspor sektor migas.
Ekspor sektor nonmigas turun 9,05% dari USD 2,31 miliar menjadi USD 2,10 miliar. Meskipun begitu, ekspor nonmigas masih mendominasi total ekspor dengan kontribusi sebesar 97,40%.
Ekspor sektor migas justru naik signifikan sebesar 211,85% dari USD 18,01 juta menjadi USD 56,18 juta. Namun, kontribusi sektor migas terhadap total ekspor tetap rendah, yaitu 2,60%.
Di sisi impor, Jatim mencatatkan penurunan 12,80% di bulan September 2024, dari USD 2,66 miliar menjadi USD 2,32 miliar. Penurunan ini terjadi baik di sektor migas maupun nonmigas. Impor migas turun 31,75% dari USD 597,69 juta menjadi USD 407,89 juta, sementara impor nonmigas turun dari USD 2,06 miliar menjadi USD 1,91 miliar.
Penurunan kinerja neraca perdagangan Jatim di bulan September 2024 menjadi sinyal bahaya bagi perekonomian daerah. Pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki kinerja ekspor, terutama di sektor nonmigas.
Peningkatan daya saing produk lokal, diversifikasi pasar ekspor, dan dukungan terhadap sektor UMKM menjadi langkah-langkah strategis yang perlu diprioritaskan. Selain itu, pemerintah juga perlu mengkaji ulang strategi impor untuk menekan defisit sektor migas.
Jika tidak ditangani dengan serius, neraca perdagangan Jatim yang terus merugi dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan berpotensi menghambat kesejahteraan masyarakat (mca/dnv).