INDONESIAONLINE – Tahun ini, Pemkot Batu berupaya mengurangi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo sebesar 24 persen. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan larva black soldier fly atau belatung, untuk menguraikan sampah organik.

Mengingat belatung merupakan hewan yang memiliki banyak manfaat. Mulai dari pakan ikan dan unggas, maggot juga merupakan pengurai untuk mengurai sampah.

Karena itu maggot merupakan salah satu solusi untuk menguraikan sampah organik di TPA Tlekung. Kepala DLH Kota Batu Aries Setiawan mencontohkan, 10 gram telur bisa menghasilkan 1 kilogram maggot.

“Makanan maggot adalah sisa sayur dan buah, dan di sini kita hanya memiliki indukan hingga 100 kilogram,” kata Aries.

Dengan maggot ini terbukti mampu mengurangi volume sampah organik di TPA, hingga 2,5 ton per hari. Ada keuntungan lain, maggot bisa memberikan penghasilan tambahan.

“DLH sudah bekerja sama dengan perusahaan, jadi ada yang siap beli. Satu kilogram dihargai Rp 4000,” tambah Aries yang juga mantan Kepala Bagian Protokol Pemkot Batu itu.

Ke depan, Aries berharap ada skema kemitraan dengan desa untuk mengembangkan maggot. Selain bisa mengurangi sampah yang dikirim ke TPA, pendapatan warga juga bisa meningkat.

“Saya ingin sebuah desa, di mana kita bisa bekerja sama untuk menampung maggot. Sepertinya Desa Punten sudah mulai bercocok tanam,” kata Aries.

Menurut Aries, saat ini baru satu desa di Kota Batu yang mampu menguraikan sampahnya sendiri, yakni Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji. Dan itu satu-satunya desa yang tidak membuang sampahnya ke TPA.

Karena itu, ke depan Aries menginginkan hal yang sama. Yakni, desa/kelurahan yang mampu menguraikan sampah, mengurangi volume di TPA.