INDONESIAONLINE – Badai Daniel memicu terjadinya banjir bandang yang meluluhluntakkan Kota Derna, Libya.

Kengerian banjir bandang di Libya tersebut terlihat dari berbagai kerusakan bangunan dan puluhan ribu korban jiwa di sebagian besar kota di kawasan Mediterania itu.

Kota tersaput semburan air dari badai dahsyat yang membobol bendungan di atas kota. Gedung-gedung bertingkat runtuh di mana terdapat banyak keluarga-keluarga yang sedang tidur di dalamnya.

Kisah para penyintas banjir bandang LIbya pun menghiasi berbagai media. Misalnya kisah warga Derna bernama Mahmud Abdulkarim.

Ia mengatakan, kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya setelah gagal mengungsi tepat waktu dari apartemen lantai pertama.

“Dia (ibu) menolak meninggalkan tempatnya…tidak membayangkan situasinya akan mengerikan dan mengatakan kepadanya [Abdulkarim] bahwa itu hanya hujan biasa,” ucapnya.

Menurut Abdulkarim, ketika ibu dan saudara laki-lakinya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan apartemen, mereka tersapu air banjir begitu sampai di jalan.

Mabrooka Elmesmary, seorang jurnalis yang berhasil meninggalkan Derna pada hari Selasa (12/9/2023) menggambarkan kota itu sebagai bencana dalam skala besar.

“Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada bensin. Kota ini rata dengan tanah,” katanya kepada Al Jazeera.

“Ada gelombang pengungsian ketika orang-orang berusaha melarikan diri dari Derna namun banyak yang terjebak karena banyak jalan yang putus atau hilang (akibat banjir),” lanjut Elmesmary seraya menambahkan bahwa beberapa keluarga telah berlindung di gedung sekolah.

Baca Juga  AS Tuding ISIS-K Pelaku Teror Penembakan Brutal di Moskow, Siapa Mereka?

Pantai di Derna pun pasca banjir bandang dipenuhi pakaian, mainan, perabotan, sepatu, dan harta benda lainnya yang tersapu arus deras dari rumah-rumah warga. Sedangan jalanan tertutup lumpur tebal dan dipenuhi pepohonan tumbang serta ratusan mobil rusak.

Korban Jiwa Banjir Bandang Libya

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Letnan Tarek al-Kharraz pada hari Rabu (13/9/2023) waktu setempat mengatakan, sejauh ini 3.840 kematian telah tercatat di Kota Mediterania.

Di antara korban tewas tersebut, terdapat 400 orang asing, mayoritas dari Sudan dan Mesir.

Menteri Penerbangan Sipil di Pemerintahan Libya Timur Hichem Abu Chkiouat mengatakan, sejauh ini telah dihitung lebih dari 5.300 orang tewas.

Ia juga mengatakan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat secara signifikan dan bahkan mungkin dua kali lipat.

Wali Kota Derna Abdulmenam al-Ghaithi juga mengatakan, perkiraan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18.000 hingga 20.000 jiwa. Hal tersebut diprediksi berdasarkan jumlah distrik yang hancur akibat banjir.

Menurut Tim Wali Kota Derna al-Ghaithi, tim penyelamat pun telah tiba dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki dan Qatar.

Baca Juga  Banjir Libya, 5.100 Korban Tewas, 10.000 Lebih Masih Hilang

“Kami sebenarnya membutuhkan tim khusus menangani pemulihan jenazah. Saya khawatir kota ini akan terjangkit epidemi karena banyaknya mayat yang tertimbun reruntuhan dan di dalam air,” kata Al Ghaithi.

Charles Stratford dari Al Jazeera melaporkan dari Benghazi,  Qatar telah membangun rumah sakit lapangan untuk membantu Libya.

“Ini adalah salah satu dari tiga pesawat kargo… militer Qatar yang diperkirakan tiba di Benghazi hari ini,” kata Stratford.

Bantuan tersebut juga mencakup peralatan medis, obat-obatan, makanan, tenda. “Semua bantuan di sini akan disalurkan ke Derna secepat mungkin,” ucap Stratford.

Selain itu, Malik Traina dari Al Jazeera melaporkan dari Tripoli, mengatakan ada banyak dukungan dari warga Libya sendiri dari seluruh negeri. “Kami belum pernah melihat persatuan seperti ini selama bertahun-tahun di negara ini,” kata Traina.

Masyarakat Libya Barat juga mengirimkan bantuan peralatan kepada Libya Timur. Termasuk banyak relawan yang berangkat dari Libya Barat.

“Kami juga melihat sekarang para sukarelawan dan orang-orang memberikan apa pun yang mereka bisa-air, makanan, obat-obatan, pasokan apa pun yang mereka bisa,” ucap Traina (ina/dnv).