INDONESIAONLINE – Panasnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Batu 2024 semakin terasa. Setelah penetapan nomor urut pada 25 September lalu, ketiga pasangan calon (Paslon) siap memasuki masa kampanye. Nurochman-Heli (nomor urut 1), Firhando Gumelar-H. Rudi (nomor urut 2), dan Krisdayanti-Dewa (nomor urut 3) mulai menyusun strategi untuk merebut hati masyarakat.
Menariknya, di balik nomor urut yang tersemat, terselip faktor psikologi sosial yang dapat memengaruhi pilihan masyarakat. Wahyudi Winarjo, Akademisi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, mengungkapkan bahwa kecenderungan masyarakat adalah memilih nomor urut tengah.
“Dalam kasus Pilkada Kota Batu dengan tiga paslon, nomor urut 2 berpotensi diuntungkan. Saat membuka surat suara, masyarakat cenderung melihat nomor urut tengah terlebih dahulu,” papar Wahyudi pada Kamis (26/9/2024).
Lebih lanjut, Wahyudi menjelaskan bahwa nomor urut 2 dapat diasosiasikan sebagai penengah, terutama jika paslon tersebut merupakan kombinasi generasi senior dan milenial. Tren saat ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memilih pemimpin muda.
Tak hanya itu, Wahyudi juga menyoroti potensi coat-tail effect. Paslon dengan nomor urut yang sama dengan pemimpin di tingkat yang lebih tinggi, seperti presiden atau gubernur, berpeluang ‘kecipratan’ kemenangan.
“Kemenangan Khofifah Indar Parawansa, misalnya, dapat berimbas pada perolehan suara paslon dengan nomor urut yang sama di Pilkada Kota Batu,” jelas Wahyudi.
Memasuki masa kampanye, Wahyudi melihat strategi yang beririsan namun dengan ciri khas masing-masing dari ketiga paslon. Ia mengibaratkannya seperti strategi tim sepakbola: ada yang menyerang, bertahan, dan wait and see.
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, Wahyudi menyoroti dinamika pergerakan paslon nomor urut 1, 2, dan 3. Ia menilai, paslon nomor urut 2 yang sebelumnya terkesan ‘senyap’, kini mulai menunjukkan pergerakan yang terstruktur dan tepat sasaran.
“Menarik untuk diamati bagaimana Gumelar-Rudi, dengan energi pemuda dan program yang ‘fresh’, menjawab kebutuhan masyarakat Batu yang sedang bertransisi menuju masyarakat modern,” pungkas Wahyudi (pl/dnv).