Beranda

Paus Fransiskus Gagal Ginjal Dini, Doa dari Segala Penjuru Dunia Terus Mengalir

Paus Fransiskus Gagal Ginjal Dini, Doa dari Segala Penjuru Dunia Terus Mengalir
Paus Fransiskus ketika akan meninggalkan Indonesia dalam kunjungan pada September 2024 lalu. (Muhammad Iqbal/ANTARA)

INDONESIAONLINE  – Kondisi kesehatan Paus Fransiskus masih memprihatinkan.

Paus berada dalam kondisi kritis pada Minggu (24/2), dengan hasil tes darah menunjukkan tanda-tanda gagal ginjal dini. Meski demikian, ia tetap waspada, responsif, dan bahkan menghadiri misa sebagaimana dikonfirmasi oleh Vatikan.

Saat ini, paus berusia 88 tahun tersebut masih berjuang melawan pneumonia dan infeksi paru-paru kompleks yang semakin memperburuk kesehatannya.

Update terkini sebagaimana dilansir dari AP, Vatikan menyatakan bahwa Paus Fransiskus tidak mengalami krisis pernapasan lagi sejak Sabtu malam. Namun, ia masih menerima pasokan oksigen dalam jumlah tinggi untuk mendukung pernapasannya. Hasil tes darah mengindikasikan “gagal ginjal ringan pada awalnya,” meski dokter meyakinkan bahwa kondisinya masih dalam kendali.

“Kompleksitas gambaran klinis dan perlunya menunggu terapi obat memberikan umpan balik membuat prognosisnya masih belum pasti,” ungkap dokter kepausan, memperingatkan bahwa situasi masih dapat berkembang.

Seiring dengan kondisi kesehatan Paus Fransiskus yang memburuk, doa dan dukungan mengalir dari berbagai penjuru dunia. Dari tanah kelahirannya di Argentina hingga pusat Islam Sunni di Kairo serta berbagai belahan dunia lainnya, umat dari berbagai agama mendoakan kesembuhan paus.

Di New York, Kardinal Timothy Dolan menyampaikan apa yang banyak umat Katolik rasakan, meski belum diungkapkan secara terbuka oleh para pemimpin gereja di Roma. “Kita berkumpul di sisi tempat tidur seorang ayah yang sedang sekarat,” ujarnya dalam khotbah di Katedral St Patrick. Ia juga menambahkan harapan bahwa Paus Fransiskus akan segera pulih.

Di Roma, Uskup Agung Rino Fisichella memimpin misa menggantikan paus di Basilika Santo Petrus. Sebelum menyampaikan homili yang telah disiapkan oleh Fransiskus, ia mengatakan kepada para diakon yang hadir, “Meskipun ia berada di ranjang rumah sakit, kami merasa Paus Fransiskus dekat dengan kami. Kami merasa ia hadir di antara kami.”

Sementara itu, di Argentina, doa terus bergema di berbagai gereja, termasuk Katedral Buenos Aires. Obelisk ikonik di ibu kota pun dihiasi tulisan “Fransiskus, kota ini berdoa untukmu,” sebagai bentuk solidaritas dari rakyat Argentina terhadap paus pertama asal Amerika Latin tersebut.

Di Kairo, Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb, yang memiliki hubungan dekat dengan Paus Fransiskus, mengungkapkan harapannya agar sang paus segera pulih. “Saya berdoa kepada Allah agar saudara saya terkasih, Paus Fransiskus, segera pulih dan diberikan kesehatan serta kesejahteraan sehingga ia dapat melanjutkan perjalanannya dalam melayani kemanusiaan,” tulisnya dalam sebuah unggahan di Facebook.

Para dokter menyebut bahwa ancaman terbesar bagi Paus Fransiskus saat ini adalah risiko sepsis, infeksi serius dalam darah yang dapat menjadi komplikasi dari pneumonia.

Hingga Minggu, tidak ada indikasi sepsis dalam laporan medis terbaru yang dikeluarkan oleh Vatikan. Namun, jumlah trombositnya yang rendah tetap menjadi perhatian meskipun kondisinya stabil sejak Sabtu.

Selain itu, Paus Fransiskus mengalami anemia dan telah menerima transfusi darah yang disertai dengan hematin, suatu pengobatan yang bertujuan meningkatkan kadar hemoglobin. Dokter menyatakan bahwa terapi ini menunjukkan hasil positif dalam membantu darahnya mengangkut lebih banyak oksigen.

Kondisi kesehatan Paus Fransiskus semakin diperparah oleh penyakit paru-paru kronis yang telah lama dideritanya serta kecenderungan mengalami bronkitis selama musim dingin.

Sejak dirawat di rumah sakit pada 14 Februari, dokter telah mendiagnosisnya dengan infeksi saluran pernapasan akibat kombinasi virus, bakteri, dan jamur, yang kemudian berkembang menjadi pneumonia di kedua paru-parunya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Paus Fransiskus telah mengambil sejumlah keputusan yang menunjukkan kesadarannya akan kondisi kesehatannya yang semakin rapuh.

Tahun lalu, ia merevisi tata cara pemakaman paus, menyederhanakan ritual untuk lebih menekankan perannya sebagai uskup, serta membuka kemungkinan pemakaman di luar Vatikan, sesuai dengan keinginannya.

Pada Desember 2024, ia mengangkat 21 kardinal baru, yang hampir semua berusia di bawah 80 tahun dan memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam konklaf kepausan. Keputusan ini meningkatkan jumlah kardinal pemilih menjadi 140, meskipun angka ini diperkirakan akan berkurang dalam waktu dekat akibat usia lanjut beberapa di antaranya.

Selain itu, ia memperpanjang masa jabatan lima tahun untuk dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re yang berusia 91 tahun, serta wakil dekan Kardinal Argentina Leonardo Sandri yang berusia 81 tahun. Langkah ini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus tengah mempersiapkan transisi kepemimpinan gereja Katolik.

Di tengah berbagai spekulasi mengenai kemungkinan pengunduran dirinya, Paus Fransiskus tetap menunjukkan semangat untuk bertahan dan melanjutkan tugasnya. Dalam sebuah unggahan di X (dulu Twitter) pada Sabtu, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada semua orang yang telah mengirim doa dan pesan dukungan.

“Saya baru-baru ini menerima banyak pesan kasih sayang dan saya khususnya tersentuh oleh surat-surat dan gambar-gambar dari anak-anak. Terima kasih atas kedekatan Anda dan atas doa-doa penghiburan yang saya terima dari seluruh dunia!” tulis Paus Fransiskus. (bn/hel)

Exit mobile version