INDONESIAONLINE – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar menggelar  Bedhol Pusaka di Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro, Kamis (4/8/2022). Agenda sakral ini merupakan tradisi dan digelar sehari jelang peringatan Hari Jadi Blitar yang jatuh pada 5 Agustus. Hari Jadi Ke-698  Blitar tahun ini mengusung tema Ekonomi Bangkit Menuju Masyarakat yang Maju dan Sejahtera.

Prosesi Bedhol Pusaka diikuti perwakilan panitia Hari Jadi Ke-698 Blitar, seluruh kepala OPD dan sekretaris dinas di lingkungan Pemkab Blitar.

Prosesi Bedhol Pusaka diawali dengan pengambilan pusaka berupa kitab sejarah dan panji-panji lambing daerah Blitar dari ruang pusaka oleh pasukan pembawa pusaka yang dipimpin sesepuh budayawan.

Setelah diambil dari ruang pusaka, panji-panji dan kitab sejarah Blitar kemudian dibawa menuju Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro dan diserahkan kepada Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso.

“Bedhol Pusaka ini digelar sehari jelang peringatan Hari Jadi  Ke-698 Blitar. Ini tradisi yang sudah jadi adat dan kebudayaan di Kabupaten Blitar,” kata Rahmat Santoso.

Bedhol Pusaka yang digelar kali ini berlangsung cukup meriah dengan dihadiri oleh seluruh kepada OPD. Menurut Rahmat, tradisi ini sejatinya tetap digelar pada tahun-tahun merebaknya pandemi covid-19.  Namun pada waktu itu digelar tertutup dan hanya diikuti oleh kalangan internal.

Rahmat optimistis dengan transisi pandemi menjadi endemi dan mulai longgarnya aturan untuk kegiatan kemasyarakatan, ke depan Bedhol Pusaka bisa menjadi daya tarik wisata bagi Kabupaten Blitar.

“Bedhol Pusaka tahun ini lebih meriah. Dan ke depan saya yakin acara kebudayaan ini bisa menjadi daya tarik wisata dan menarik banyak wisatawan ke Kabupaten Blitar,” ucapnya.

Baca Juga  Dorong Reformasi Birokrasi di Tingkat Desa, Dinas PMD Pemkab Blitar Gelar Bimtek SIPADES Online

Lebih lanjut Rahmat menyampaikan, dalam momentum Hari Jadi Ke-698 Blitar ini, dirinya berharap ke depan Kabupaten Blitar semakin lebih baik dari segala sisi. Mulai dari pemerintahan yang maju, pembangunan yang sukses dan masyarakat berdaya sejahtera.

“Harapan saya momentum hari jadi ini bisa menjadi pendorong semangat bagi Kabupaten Blitar ke depan lebih baik lagi. Dan kita berani bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi covid-19,” tutup orang nomor dua di Kabupaten  Blitar itu.

Kepala Dinas Parbudpora Kabupaten Blitar Suhendro Winarso mengatakan Bedhol Pusaka adalah salah satu rangkaian acara puncak Hari Jadi Ke-698 Blitar. Dalam Bedhol Pusaka ini, kitab sejarah dan panji-panji lambang daerah dikeluarkan dari ruang pusaka.

“Puncak Hari Jadi Blitar dimulai pada hari ini dengan Bedhol zousaka. Dalam Bedhol Pusaka itu ada dua yang kita keluarkan dari gedung pusaka. Pertama kitab sejarah dan kedua panji lambang daerah. Secara makna, filosofis, kitab sejarah itu lebih mewakili legalitas Blitar sebagai satu daerah yang mendapat pengakuan. Sedangkan lambang daerah itu simbol kedaulatan, mirip-mirip dengan bendera setiap daerah kan pasti punya,” terang Suhendro.

Setelah dikeluarkan dari ruang pusaka dan disemayamkan di Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro, prosesi Hari Jadi Ke-698 Blitar akan dilanjutkan dengan malam tirakatan. Dan esoknya tepat 5 Agustus 2022 dilanjutkan dengan pisowanan agung.

Baca Juga  Tahun Depan, Kota Malang Butuh 956 ASN

“Dalam filososi Jawa, benda (kitab sejarah dan panji-panji daerah) ini sebanarnya merupakan wujud doa. Jadi nanti malam, tanggal 4 malam 5,  kita akan ada tirakatan. Tirakatan itu wujud dan bentuknya juga doa bersama, diwujudkan dengan pembacaan serat ambiyo. Nah, besok tanggal 5 baru pisowanan agung. Pusaka itu dikirab dihadirkan ke hadapan Ibu Bupati selaku pemimpin tertinggi di Blitar. Kemudian pusaka disemayamkan kembali dengan simbolisasi warga akan sowan kepada Ibu Bupati,” jlentreh Suhendro.

Dalam kesempatan ini Suhendro kepada awak media juga menjelaskan makna dan filosofi prosesi Bedhol Pusaka. Prosesi diawali dari manggolo pathi dan ditutup dengan pisowanan agung di Pendapa Ronggo Hadi Negoro.

“Manggolo Pathi itu semacam pemimpin atau senopati kalau zaman dulu. Dia yang diberi tugas oleh sang patih dalam hal ini Bapak Wakil Bupati untuk mengambil pusaka dari gedung pusaka untuk dikeluarkan. Nah setelah itu tadi, ada Pak Sekda. Pak Sekda itu seperti mahamenteri kalau zaman dulu. Pak Sekda melaporkan kepada Bapak Wakil Bupati kalau zaman dulu patih, bahwa Bedhol Pusaka telah siap untuk sebenarnya diarak. Karena kita masih transisi dari pandemi ke endemi, harusnya setelah ini pusaka diarak dan dikenalkan kepada masyarakat. Setelah itu besoknya dikembalikan, dileremkan dan disemayamkan di Pendapa RHN dan diterima oleh Ibu Bupati. Filosofi singkatnya seperti itu,” pungkasnya.(Adv/Kmf)