INDONESIAONLINE – Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang terus memantapkan diri sebagai kampus unggul bereputasi Internasional. Salah satu upayanya adalah dengan menyelenggarakan Seminar Rekognisi Internasional and MoU Signing di Gedung Rektorat Ir Soekarno beberapa waktu lalu. Jalinan kerja sama dilakukan dengan para mitra baik dari internasional maupun dalam negeri.

Prof Dr M Zainuddin MA Rektor UIN Maliki Malang mengatakan, visi besar UIN Malang tentunya menjadi sebuah kampus unggul bereputasi internasional. Sehingga, kegiatan ini menjadi kegiatan yang selaras dengan tagline UIN Maliki Malang itu.

“Kegiatan ini mengambil topik yang pas karena UIN Malang sekarang sedang mengembangkan hal ini. Tagline UIN Malang di tahun2021 – 2030 adalah kampus dengan Internasional Recognition atau Unggul Bereputasi Internasional,” tegasnya.

Seminar recognisi internasional maupun penandatanganan MoU ini juga menghadirkan mitra internasional dan beberapa narasumber. Dr Dwi Suheryanto, selaku Ketua Pelaksana menyampaikan, jika kegiatan ini memang mengundang berbagai stakeholder. Hal ini untuk memperkuat recognisi internasional UIN Maliki Malang.

Baca Juga  UIN Maliki Malang Buka 18 Prodi, Bisa lewat Jalur SNBP 2024

Adapun beberapa mitra internasional yang turut melakukan penandatanganan MoU yakni, Plzen City Zoological and Botanical Garden Czech Republic, Korean Moslem Federation, USCI Education Malaysia, Raveenthiran Viviekananthrasa (Faculty of Education, Open University of Sri Lanka), dan masih banyak lagi mitra dari negara lainnya. Dari dalam negeri ada mitra dari radio, Bait Al Hikmah dan beberapa mitra lainnya.

Sementara itu, dalam Seminar Rekognisi Internasional and MoU Signing dihadiri oleh Abdussalam Noh Seik Ph D Presiden Korean Muslim Federation; Yudil Chatim, SKM MEd PhD Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing; Dr Sitti Maesuri Patahuddin, Senior Lecturer in STEM Education, Universitas Canberra dan Arwani Rahmat Pitoko Direktur Pengembang Nusantara.

Baca Juga  Kisah Kakek Penyandang Gelar Doktor Tak Ambil Ijazah demi Pinjam Buku di UIN Malang

Sitti Maesuri Patahuddin, menyampaikan dalam paparannya, program pengembangan STEM, yang merupakan metode pembelajaran berbasis implementasi pengetahuan dan keterampilan secara bersamaan. Hal ini untuk memecahkan masalah yang dapat diterapkan di PAUD/RA & SD/MI. Metode tersebut ia kembangkan di Canberra.

Menurut Sitti, UIN merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menjadi ikon Islamic Education di Indonesia. UIN menjadi komponen utama dalam menyongsong kemajuan bangsa.

“Maka dari itu pula, STEM dapat dikembangkan dan diterapkan pada seluruh kalangan untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan nyata,” paparnya.

Selain Sitti, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Yudil Chatim, juga memberikan materi dalam seminar rekognisi internasional melalui bidang pendidikan dan budaya antar dua negara. Dalam penyampaiannya, terdapat tiga aspek penting dalam kerjasama bilateral Indonesia-Tiongkok. Yaitu meliputi kebudayaan, pendidikan, dan riset teknologi (penelitian).