INDONESIAONLINE – Seperti suasana sekolah lainnya, di SD Negeri Bungur 1, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung tampak banyak orang tua menunggu anaknya pulang. Beberapa diantaranya ada yang duduk di depan kelas, di tepi jalan dan ada yang bertahan tetap berada di atas jok kendaraannya.

Mereka terlihat cuek dan netral terkait polemik dua guru tidak tetap (GTT) yang berebut posisi wali kelas Yoga dan Eva yang banyak didengarnya. Namun, sejauh ini, sekali  lagi, para orang tua mengaku cuek dan netral. Tidak larut untuk membela salah satu diantaranya.

“Iya ramai dibicarakan, tapi orang tua menyerahkan hal itu ke sekolah,” kata SA (inisial) salah satu orang tua saat ditemui di teras sekolah, Senin (25/7/2022).

Menurut SA, SDN 1 Bungur adalah satu dari beberapa sekolah negeri yang berkategori favorit. “Di sini muridnya banyak. SD negeri yang lain tidak sebanyak di sini. Ada yang muridnya banyak tapi swasta,” ujarnya.

Disinggung guru favorit mereka, para orang tua wali murid mengidolakan guru bernama Wiyanto atau biasa di sapa pak Wi (ayah dari Yoga). “Guru paling lama, dulu katanya pak Wi mau jadi kepala sekolah tapi tidak mau. Di sini memang dia yang disungkani dan dicintai anak-anak,” ungkap M, wali siswa lainnya.

Baca Juga  Tiga Srikandi FEB Unisma Berhasil Jadi Lulusan Terbaik, Siap Kembangkan Potensi

Sosok pak Wi menurut M punya watak yang keras dan juga lunak. Murid yang diajar oleh pak Wi mudah memahami pelajaran yang diberikan, terutama ilmu hitung.

“Terutama kalau matematika, anak saya kalau di rumah sering cerita tentang mudahnya paham jika diajar pak Wi,” imbuhnya.

Baik SA atau M dan wali murid yang ditemui media ini mengatakan tidak rela jika Wiyanto dipindah sekolah. “Kalau dipindah, wali murid bisa marah. Bener, pak Wi memang yang paling dipandang,” imbuhnya.

Saat ditanyakan, apakah tahu bahwa guru yang bernama Yoga adalah anak dari Wiyanto, para orang tua yang ngobrol santai ini ada yang tahu, ada yang tidak.

Saat dikonfirmasi awak media di ruang kerjanya, Kepala Sekolah SDN Bungur 1 Usup mengatakan, dirinya memutuskan untuk tetap memberikan tanggung jawab sebagai wali kelas pada Eva, guru yang dalam riwayat kerjanya lebih lama daripada Yoga.

‘Yoga memegang kelas (menjadi wali kelas) baru 1 tahun. Bu Eva hamil baru dipegang pak Yoga. Jadi pegang kelas bukan 3 tahun, kalau masuknya 3 tahun itu iya, karena masuknya 2019,” kata Usup.

Baca Juga  Delegasi UIN Maliki Turut Andil Pembukaan dan Pembekalan KKN KNMB 2022 di Papua

Dia menjelaskan, Yoga masuk menjadi guru honorer di SDN Bungur 1 pada 2019. Saat itu Yoga juga belum lulus kuliah. Masuknya Yoga menjadi guru honorer juga karena permintaan dari ayah Yoga yang menjadi guru PNS di sekolah tersebut.

“Saat itu pak Wi bilang agar anaknya (Yoga) dimasukkan untuk membantu di sekolah sambil menunggu lulus kuliah,” jelasnya.

Dijadikannya Yoga menjadi wali kelas 3, lanjut Usup, itu juga permintaan dari ayahnya yang meminta secara langsung kepada wali kelas 3 sebelumnya yaitu Eva. Dia juga membantah jika memaksa guru PNS di SDN Bungur 1 untuk dimutasi ke UPT Kecamatan Karangrejo. Namun dirinya tidak menolak jika itu memang permintaan dari guru PNS yang bersangkutan.

“Jadi tidak benar jika kepala sekolah ingin memutasikan anak buah. Itu tidak ada,” ungkapnya.

Usup menambahkan, saat ini kegiatan belajar mengajar di SDN Bungur 1 masih berjalan seperti biasa. Pak Wi atau guru PNS yang dalam hal ini ayahnya Yoga juga masih mengajar seperti biasa. Sementara itu, atas keputusan Usup, Yoga masih menolak jika dirinya diganti dari posisinya sebagai wali kelas.