INDONESIAONLINE – Upaya memperkuat ekonomi sirkular sekaligus menjawab persoalan sampah perkotaan mendapat dorongan baru di Kota Blitar. Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar bersama Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Dikti menghadirkan program pengabdian masyarakat yang menggandeng Bank Sampah Sinar Berlian, Kelurahan Gedog.
Melalui pelatihan dan pendampingan, langkah ini menjadi bukti sinergi pemerintah, kampus, dan komunitas dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Bank Sampah Sinar Berlian selama ini dikenal aktif mengelola sampah anorganik di lingkungannya. Kali ini, mereka mendapat dukungan untuk memperluas kapasitas usaha dengan memanfaatkan produk konversi plastik press yang bernilai ekonomis. Pendampingan ini tidak sekadar berbicara soal kebersihan lingkungan, melainkan juga membuka peluang baru dalam peningkatan pendapatan warga.
Kegiatan yang berlangsung pada 31 Agustus 2025 itu ditutup dengan penandatanganan kerja sama pengelolaan produk konversi plastik press enam bank sampah di Kelurahan Gedog. Lurah Gedog hadir memberikan apresiasi atas inisiatif yang dipandang selaras dengan program pemerintah dalam mendukung ekonomi sirkular. Ia menilai, kolaborasi yang dijalankan Unisba Blitar bersama DPPM Dikti merupakan langkah konkret untuk menjawab kebutuhan warganya.
Ketua Forum Bank Sampah Kota Blitar juga menyatakan dukungan penuh agar gerakan serupa bisa diperluas ke bank-bank sampah lain. Menurut dia, keberhasilan program ini akan menjadi pintu bagi perluasan gerakan ekonomi hijau di seluruh wilayah kota.
Acara pelatihan berlangsung dengan antusias. Hadir sejumlah tokoh penting. Mulai dari ketua Bank Sampah Kecamatan Sananwetan, ketua Forum Bank Sampah Kelurahan Gedog, enam ketua bank sampah di wilayah Gedog, hingga 20 anggota aktif Bank Sampah Sinar Berlian. Kehadiran mereka menandai betapa seriusnya perhatian terhadap gerakan penguatan komunitas bank sampah di tingkat akar rumput.
Ketua Program Pengabdian Masyarakat Eko Wahyu Budiman SP MAgr menjelaskan bahwa tujuan kegiatan adalah menghadirkan solusi ganda: meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi persoalan sampah anorganik.
Ia menekankan, bank sampah bukan sekadar wadah pengelolaan limbah, melainkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi kreatif masyarakat. “Produk konversi plastik press diharapkan mampu memberi nilai tambah sehingga mendongkrak pendapatan warga,” katanya.
Selain itu, Eko sebagai ketua Program Pengabdian Masyarakat juga memberikan paparan mengenai manajemen komunitas sebagai kunci menjaga keberlangsungan organisasi. Baginya, bank sampah akan terus bertahan jika didukung tata kelola yang baik dan partisipasi aktif seluruh anggota.
“Manajemen komunitas adalah fondasi. Tanpa tata kelola yang rapi dan partisipasi anggota, bank sampah hanya akan berjalan sesaat, tidak berkelanjutan,” tegasnya.
Untuk memastikan keberlanjutan, kegiatan ini menghadirkan narasumber berkompeten. Ir Palupi Puspitorini MP menekankan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kesinambungan produksi. Menurut dia, tanpa kerja sama antaranggota, produk konversi sulit bersaing di pasaran.
Materi berikutnya dibawakan oleh Aris Sunandes SE MM yang menyoroti strategi digital marketing. Ia mengingatkan bahwa perilaku konsumen kini bergeser ke transaksi daring, sehingga platform digital menjadi jembatan penting untuk memperluas pasar produk daur ulang. “Produk yang bagus tidak akan dikenal tanpa strategi pemasaran yang tepat,” ujarnya.
Selain itu, Eko Wahyu Budiman memberikan paparan mengenai manajemen komunitas sebagai kunci menjaga keberlangsungan organisasi. Baginya, bank sampah akan terus bertahan jika didukung tata kelola yang baik dan partisipasi aktif seluruh anggota.
Endah Masrunik SE MM, yang juga terlibat dalam program, menegaskan bahwa harapan utama dari pendampingan ini adalah keberlanjutan. Ia menyebut, program pengabdian masyarakat bukan kegiatan sekali jalan, tetapi harus menimbulkan dampak jangka panjang. “Kami ingin manfaatnya dirasakan langsung oleh anggota dan masyarakat sekitar yang sehari-hari menghadapi persoalan sampah,” ujarnya.
Dr Dyah Pitaloka menambahkan bahwa pemasaran adalah muara penting dalam mendukung keberhasilan program. Ia menilai, produk yang baik saja tidak cukup tanpa strategi menjual yang efektif. “Marketing adalah pintu menuju keberlanjutan. Produk harus mampu dipasarkan agar benar-benar menjadi sumber pendapatan masyarakat,” katanya.
Dengan selesainya kegiatan, muncul harapan besar agar Bank Sampah Sinar Berlian bisa menjadi percontohan. Bukan hanya bagi warga Gedog, tapi juga bagi bank-bank sampah lain di Blitar. Dukungan materi, strategi pemasaran, dan keterampilan manajemen diharapkan memperkuat pondasi bisnis komunitas.
Kegiatan ini bukan hanya tentang sampah yang terkelola, tapi juga tentang meningkatnya kesejahteraan warga. Melalui produk ramah lingkungan yang bernilai jual, masyarakat Gedog kini memiliki peluang baru membangun usaha berbasis komunitas. (ar/hel)