INDONESIAONLINE – Viral seorang modin tersungkur saat menikahkan calon pengantin dan meninggal di rumah sakit ditanggapi oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Singosari. Namun pernikahan itu bukan resmi tercatat di negara, melainkan pernikahan siri atau atau nikah di bawah tangan.

Kepala KUA Singosari Syamsuir memang membenarkan adanya peristiwa tersebut. Namun, menurutnya modin Supaat (55) bukanlah penghulu dari KUA Kecamatan Singosari. Melainkan modin Desa Baturetno, Kecamatan Singosari.

“Betul, beliau sudah meninggal saat menikahkan salah satu warga Desa Baturetno,” ungkap Syamsuir saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (31/1/2022).

Hanya saja, ia memastikan bahwa ijab kabul yang dipimpin oleh Supaat tersebut bukan pernikahan resmi secara undang-undang negara. Namun pernikahan di bawah tangan alias nikah siri.

“Kami sudah mengecek jadwal pernikahan, dan tidak ada jadwal pernikahan pada tadi malam, Minggu (30/1/2022),” ungkap Syamsuir.

Disinggung penyebab meninggalnya Supaat, menurut Syamsuir diduga akibat riwayat penyakit darah tinggi yang dialaminya selama ini. Kemungkinan peristiwa itu juga ada kaitannya dengan penyakit yang diderita Supaat tersebut.

“Korban ini mempunyai riwayat darah tinggi. Jadi meninggalnya diduga akibat gejala darah tinggi,” tutup Syamsuir.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Singosari Iptu Eka Yuliandri Aska membenarkan adanya peristiwa meninggalnya modin di Kecamatan Singosari. Namun, pihaknya memastikan bahwa peristiwa tersebut bukan karena terkonfirmasi positif Covid-19, tapi memang akibat menderita penyakit.

“Benar, modin itu meninggal dunia saat memimpin ijab kabul, Minggu (30/1/2022) malam di salah satu rumah warga. Setelah dilakukan pengecekan, dia (modin) meninggal dunia bukan karena Covid-19,” tegas Aska saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (31/1/2022).

“Kini korban sudah dibawa ke rumah duka dan sudah disemayamkan,” sambungnya.

Baca Juga  Diawali Belanda, Ini Daftar Negara yang Legalkan Pernikahan Sejenis

Diberitakan sebelumnya, seorang modin bernama Supaat (55), warga Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tersungkur sesaat akan menikahkan seorang pengantin. Modin tersebut kemudian meninggal dunia saat berada di rumah sakit.

Dari video yang viral dari pesan berantai WhatsApp, seorang modin diketahui tersungkur saat sedang akan menikahkan seseorang. Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada Minggu (30/1/2022) malam kemarin.

Peristiwa itu tanpa sengaja direkam oleh salah satu kerabat mempelai untuk tujuan mengabadikan momen ijab kabul yang dipandu oleh Supaat. Video itu tersebar melalui pesan berantai kemudian viral.

Dalam video berdurasi 2 menit 50 detik, tepat pada detik-detik Supaat sebelum meninggal dunia itu tampak Supaat mulai menuntun calon pengantin pria untuk membaca ijab kabul. Namun beberapa waktu kemudian ia menunduk dan menyangga kepalanya dengan tangan kirinya.

“Lemes tangan kulo,” katanya terbata-terbata dan cadel saat memegang tangan calon mempelai pengantin pria di dalam video tersebut.

Seketika itu wajah Supaat pun tampak pucat, sambil mengeluh seperti kesakitan. Sesekali, Supaat juga melihat ke atas. Orang-orang disekitarnya pun terlihat panik dengan gejala yang dialami Supaat.

Beberapa waktu kemudian, ia mulai sempoyongan lalu roboh terlentang. Seketika itu juga seluruh keluarga mempelai yang berada dalam ruangan itu histeris dengan kejadian tersebut. Mereka kemudian memastikan kondisi korban.

Terpisah, orang tua mempelai pria, Supriyadi mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi begitu saja. Bahkan pihaknya tidak menyangka bahwa modin yang akan menikahkan anaknya akan tersungkur.

“Pertama itu kan ijab kabul anak saya, modin itu sempat bertanya ke anak saya apakah bisa ijab kabulnya. Anak saya bilang bisa, lalu tanya maharnya, anak saya jawab Rp 200 ribu,” kata pria yang akrab disapa pak Pri itu.

Baca Juga  Cegah Penyebaran PMK, Koramil Sukorejo Kodim 0808/Blitar Terjunkan Babinsa Cek Hewan Ternak

Setelah mengetahui besaran maharnya, modin tersebut mengajak bergurau calon pengantin pria, namun tiba-tiba ketika berbicara nominal uang mahar, suara mudin tersendat dan cadel.

“Tiba-tiba pak modin bilang uang Rp 200 ribu itu tersendat-sendat, seperti pelat-pelat gitu. Setelah itu pak modin bilang, perjaka kok kasih mahar Rp 200 ribu (tapi masih dengan pelat-pelat),” ungkap pak Pri.

Peristiwa itupun sempat membuat panik para undangan, dan istrinya mengatakan jika Supaat memiliki riwayat darah tinggi serta sempat makan masakan gulai dan sate kambing.

“Saya panik waktu itu, lalu saya coba basuh mukanya pak modin. Setelah itu malah nggeblak (roboh ke belakang). Kata istrinya itu punya darah tinggi, lalu sempat makan gulai dan sate kambing. Setelah tahu tidak sadar itu, kami langsung bawa ke rumah sakit,” terang pak Pri.

Lebih lanjut, Supriyadi menjelaskan, ketika berada dalam rumah sakit, Supaat sempat mendapat pertolongan dari petugas rumah sakit, namun nahasnya modin itu meninggal sekira pukul 01.00 WIB Senin (31/1/2022) dini hari.

“Di rumah sakit itu sempat diinfus. Kami sampai rumah sakit itu jam 10 atau 11 gitu, lalu meninggalnya itu kira-kira jam 1-an. Tapi prosesi pernikahan tetap dilangsungkan,” lanjut pak Pri.

Lanjut Supriyadi, mempelai pengantin kemudian dinikahkan oleh salah satu kerabat mempelai wanita yang kebetulan juga modin. “Kebetulan keluarga calon pengantin perempuan ada yang jadi modin. Jadi yang menikahkan keluarga pengantin perempuan itu,” tutup pak Pri.



Hendra Saputra