Presiden Prabowo tinjau banjir Aceh, tegaskan prioritas nasional. Momen hangat peluk Muzakir Manaf tandai sinergi pusat-daerah dalam pemulihan bencana hidrometeorologi.
INDONESIAONLINE – Deru mesin pesawat Kepresidenan Indonesia-1 belum sepenuhnya senyap ketika pintu terbuka di Landasan Udara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Minggu (7/12/2025). Di tengah langit Aceh yang masih menyisakan mendung, Presiden Prabowo Subianto turun dengan langkah taktis.
Mengenakan setelan safari coklat khasnya dan topi biru, kehadirannya bukan sekadar kunjungan seremonial, melainkan sinyal “komando” langsung di tengah krisis bencana yang melanda ujung barat Indonesia.
Tepat pukul 07.55 WIB, Presiden lepas landas dari Halim Perdanakusuma, membawa misi mendesak: memastikan negara hadir di tengah ribuan warga yang terisolasi banjir dan longsor. Namun, ada pemandangan menarik yang menyeruak di antara protokol ketat militer dan kepresidenan pagi itu.
Diplomasi Pelukan di Tarmac
Saat kaki Prabowo menapak aspal, ia disambut barisan pejabat. Setelah menjabat erat tangan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, pandangan Prabowo tertuju pada sosok Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem. Tanpa ragu, Prabowo langsung memeluk erat mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tersebut.
Pelukan ini bukan sekadar gestur persahabatan lama. Dalam konteks penanganan bencana, interaksi hangat antara Presiden dan Kepala Daerah menjadi simbol krusial: tidak ada sekat birokrasi antara Jakarta dan Aceh.
Keduanya tampak berbincang intens. Sinyalemen politik dan kemanusiaan melebur; Mualem sebagai “tuan rumah” yang paham medan, dan Prabowo sebagai pemegang otoritas tertinggi pengerahan bantuan nasional.
Berbeda dengan gaya kepemimpinan birokratis yang kaku, Prabowo mempertontonkan gaya field commander. Di landasan pacu, di tengah suara bising sisa putaran turbin pesawat, ia menggelar rapat dadakan. Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dipanggil mendekat. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Menteri Luar Negeri Sugiono, dan Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo turut melingkar.
Gestur ini menegaskan urgensi. Tidak ada waktu untuk seremoni penyambutan di ruang VIP. Arahan diberikan di tempat: percepatan evakuasi dan pembukaan akses logistik.
Data dan Konteks Bencana: Mengapa Aceh Menjadi Prioritas?
Kunjungan Prabowo berlatar belakang situasi yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per awal Desember 2025, curah hujan ekstrem akibat fenomena La Nina memicu banjir di sejumlah titik krusial di Sumatera Bagian Utara.
Data lapangan menunjukkan urgensi kehadiran Kepala Negara:
Wilayah Terdampak Luas: Banjir merendam akses jalan nasional yang menghubungkan Aceh dan Sumatera Utara, melumpuhkan urat nadi ekonomi.
Pengungsi: Laporan sementara BPBD Aceh mencatat ribuan warga terpaksa mengungsi, dengan fokus kerentanan pada lansia dan balita.
Kerusakan Infrastruktur: Beberapa jembatan penghubung antar-kecamatan dilaporkan putus atau tertimbun longsor, menyulitkan distribusi bantuan via darat.
Pemerintah pusat telah menetapkan penanganan banjir di Aceh sebagai prioritas nasional. Hal ini sejalan dengan data historis BMKG yang kerap menempatkan Aceh dalam zona merah bencana hidrometeorologi di akhir tahun.
Menembus Isolasi dengan Helikopter
Usai brefing singkat di landasan, Presiden tidak beralih ke mobil dinas mewah, melainkan langsung menuju Helikopter Super Puma Kepresidenan. Bersama jajaran terbatas, Prabowo terbang rendah menyisir wilayah terdampak.
Langkah ini strategis untuk memetakan kerusakan secara visual (aerial survey) yang tidak bisa digambarkan lewat laporan kertas. Fokus utama Presiden adalah titik isolasi yang belum tersentuh bantuan dan percepatan pembukaan jalan menggunakan alat berat dari unsur TNI AD (Zeni) dan Kementerian PUPR.
“Seluruh sumber daya dikerahkan. Tidak ada istilah menunggu, ini soal nyawa dan penghidupan rakyat,” demikian pesan tersirat dari gerak cepat Presiden hari ini.
Kunjungan ini menjadi ujian nyata bagi pemerintahan Prabowo dalam manajemen krisis. Di Aceh, di bawah baling-baling helikopter yang berputar, rakyat menanti realisasi dari pelukan hangat dan instruksi tegas sang Presiden: bahwa banjir harus segera surut, dan kehidupan harus segera pulih.













