Presiden Sheinbaum Laporkan Pelecehan, Soroti Krisis Keamanan Perempuan Meksiko

Presiden Sheinbaum Laporkan Pelecehan, Soroti Krisis Keamanan Perempuan Meksiko
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum melaporkan pelecehan seksual di ruang publik yang dialaminya (ist)

Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum melaporkan pelecehan publik yang dialaminya, memicu perdebatan nasional tentang kekerasan terhadap perempuan dan mendesak reformasi hukum.

INDONESIAONLINE – Sebuah insiden mengejutkan mengguncang Meksiko setelah Presiden Claudia Sheinbaum secara terbuka melaporkan kasus pelecehan yang menimpanya di depan umum pada Selasa (4/11/2025). Kejadian yang terekam kamera dan viral di media sosial ini, menjadi sorotan tajam sekaligus memicu perdebatan nasional tentang krisis keamanan yang terus membayangi perempuan di negara tersebut.

Presiden perempuan pertama Meksiko itu mengalami pelecehan saat berjalan dari Istana Nasional menuju Kementerian Pendidikan di kawasan bersejarah Meksiko City. Sebuah video menunjukkan seorang pria paruh baya mencoba melakukan pelecehan seksual secara terang-terangan sebelum Sheinbaum dengan sigap menepisnya dan staf segera menghalangi.

Pria tersebut, yang kemudian diketahui dalam keadaan mabuk, telah ditangkap pada malam harinya.

“Kalau hal seperti ini bisa terjadi pada presiden, bagaimana dengan semua perempuan muda di negara kita?” ujar Sheinbaum dalam konferensi pers sehari setelah video kejadian itu menyebar luas.

“Tak seorang pun berhak melanggar ruang pribadi perempuan.”

Seruan Reformasi Hukum dan Kritik Terhadap Media

Sheinbaum menegaskan, kasus pelecehan semacam ini harus diperlakukan sebagai tindak pidana yang dapat dihukum berat. Dia mendesak Kementerian Perempuan Meksiko untuk meninjau ulang undang-undang terkait pelecehan seksual di setiap negara bagian.

“Ini harus dilaporkan, harus disebut apa adanya, karena ini adalah bentuk kekerasan,” tegasnya.

Saat ini, pelecehan seksual baru diakui sebagai tindak kriminal di sekitar setengah dari 32 negara bagian Meksiko.

Tak hanya menyoroti pelaku, Sheinbaum juga mengecam keras surat kabar Reforma yang mempublikasikan foto-foto kejadian tersebut, menyebutnya sebagai bentuk reviktimisasi dan “kekerasan digital.”

“Penggunaan gambar itu juga merupakan kejahatan. Itu melewati batas etika. Saya menunggu permintaan maaf dari media tersebut,” katanya.

Kementerian Perempuan Meksiko mendukung pernyataan presiden, menyerukan media untuk berhenti menyebarkan konten yang melanggar integritas perempuan.

Meksiko di Persimpangan Jalan: Kekerasan Berbasis Gender Mengkhawatirkan

Insiden ini kembali memicu perdebatan nasional tentang keselamatan perempuan di Meksiko, negara yang terus bergulat dengan angka kekerasan berbasis gender yang tinggi. Data pemerintah mencatat 821 kasus femisida pada 2024 dan 501 kasus hingga September 2025, meskipun kelompok aktivis meyakini angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Kelompok feminis mengutuk serangan terhadap Sheinbaum, namun sebagian juga mengkritik pemerintah yang dinilai belum cukup serius memperbaiki sistem hukum dan penegakan kasus kekerasan terhadap perempuan.

Meski demikian, banyak yang melihat langkah Sheinbaum untuk melapor secara terbuka sebagai titik balik penting. Hal ini menempatkan isu keamanan perempuan dan akuntabilitas di pusat perhatian publik Meksiko, memberikan momentum baru bagi perjuangan melawan kekerasan berbasis gender yang telah lama membelenggu negara tersebut.