INDONESIAONLINE – Menjelang perayaan HUT Ke-79 RI di Kabupaten Malang kontroversi seputar sound horeg, kegiatan yang melibatkan penggunaan sound system berintensitas tinggi untuk menyemarakkan perayaan terus bergulir. Di media sosial, khususnya Facebook, perdebatan sengit mewarnai perbincangan mengenai dampak dan etika pelaksanaan sound horeg.
Warganet yang tergabung dalam grup Facebook Komunitas Peduli Malang terbagi dalam dua kubu. Kubu pertama, yang dipimpin oleh Satria Pininggit, mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai dampak negatif sound horeg.
Satria melaporkan terjadinya tawuran di Wagir yang dipicu oleh gelaran sound horeg, dengan konsumsi minuman keras sebagai pemicu utama keributan.
“Wes tawuran cek sound di mendalan wangi Wagir.. Gara-gara ngombe arak titik ae sok kemlinti akhirnya korban masuk IGD rumah sakit… Pihak keamanannya yok opo lur kok iso tawuran koyok ngunu iku…,” tulis Satria.
Kubu kedua, yang dipimpin oleh Ruddy SeiLoe Adha, menganggap sound horeg sebagai tradisi dan kebersamaan masyarakat setempat yang telah disepakati.
“Minggu minggu wayahe begejekan kok malah podo tukaran pekoro sound horegg.. Jarnoo wes lur wong iku acaranee dek kmpunge dewe .. wargane yow wes sepakat stuju.. Seng gemberah koo malah d gruopp. Madesu pukimai.. … mendingg Di gawe piknik ae lurr cek g spaneng… Cek awet enommm.. hehhehe,” tulis Ruddy.
Bahrul Ulum, anggota grup Komunitas Peduli Malang menyuarakan keresahannya terkait penghormatan terhadap waktu ibadah.
“Surat cinta gae pecinta horeg. Lek pas wayah adzan mbok Yo cilikno titik lur. Teruntuk seng Islam: Umak lek mati ate di setelno sound a? Opo umak mben ga butuh ambe masjid? Gae seng non islam. Tolong cilikno titik pas adzan Ben kene seng muslim merasa di ajeni. Ojo sampe pekoro nguber senengmu male Ono seng nggrundel. Seng ga seneng ambe kata²ku wes Ojo nyacat. Aku ga nyacat horegmu. Mek njaluk tolong pas adzan cilikno titik,” tulis Bahrul.
Riyan Nasrul menyarankan agar panitia menunggu azan selesai sebelum memulai acara sebagai bentuk penghormatan terhadap waktu ibadah.
“Iki grub di gae debat perkoro sound a ws. Iyo”banyak yang tidak suka tapi yo panggah ae seng nyewo lo wong tani bolo. Lk perkoro adzan sek muni menurutku ndk lokasi ws mari adzan baru di unek no lk ngnteni deso liane mari adzan pisan yo ganok marine lk gak awan bolo. Menurutku yo dk lokasi karnaval iku ws mari adzan yo di unekno gak harus ngnteni deso lio mari adzan juga,” tulis Riyan.
Di tengah perdebatan yang sengit, Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan ketertiban umum menjadi sorotan.
Aturan ini mengatur tata cara penyelenggaraan karnaval, keramaian, dan hiburan, termasuk penggunaan sound system. Aturan tersebut melarang penggunaan sound system dengan intensitas suara lebih dari 60 desibel, serta menetapkan batas waktu penggunaan maksimal hingga pukul 23.00 WIB.
Secara rinci sebagai berikut:
Berikut adalah aturan-aturan yang diberlakukan untuk kegiatan karnaval, keramaian, dan hiburan:
1. Mendapatkan izin tertulis dari Polres/Polsek setempat.
2. Dilarang melanggar norma kesusilaan.
3. Dilarang mengandung unsur pornografi.
4. Dilarang mempertentangkan unsur suku, agama, ras, dan antar golongan.
5. Tetap menjaga ketenteraman dan ketertiban umum.
6. Dilarang disertai dengan kegiatan mabuk minuman keras atau barang terlarang lainnya, membawa senjata tajam, dan praktek perjudian.
7. Dilarang menggunakan sistem pengeras suara dengan intensitas kekuatan suara lebih dari 60 desibel yang dapat membahayakan kesehatan serta merusak lingkungan/konstruksi bangunan.
8. Kegiatan penggunaan sound system maksimal pukul 23.00 WIB.
9. Panitia pelaksana bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian secara material dan non-material akibat kegiatan tersebut.
10. Pelanggaran terhadap ketentuan di atas dapat dikenakan sanksi berupa teguran, peringatan tertulis, penghentian kegiatan, penyitaan benda dan kendaraan, serta denda administratif.
Polres Malang sendiri telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengeluarkan izin untuk kegiatan sound horeg atau battle sound di Kabupaten Malang.