INDONESIAONLINE – Sejarah baru tercipta di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang. Untuk kali pertama, kampus yang identik dengan nuansa hijau ini resmi dipimpin oleh seorang perempuan.
Kehadiran rektor baru tidak hanya menandai pergantian kepemimpinan, tetapi juga melahirkan optimisme baru dalam perjalanan akademik dan pengembangan institusi.
Sosok tersebut adalah Prof Dr Hj Ilfi Nur Diana MSi CAHRM CRMP, perempuan pertama yang dipercaya menakhodai UIN Maliki Malang untuk periode 2025–2029. Ia bukan nama asing di lingkungan kampus. Sejak 1999, Prof Ilfi telah mengabdikan diri sebagai dosen, birokrat, sekaligus penggerak berbagai organisasi. Kedekatannya dengan mahasiswa dan tenaga kependidikan membuatnya akrab dipanggil “Bunda”, panggilan yang menggambarkan kepemimpinan penuh empati dan kehangatan.
Dalam perjalanan kariernya, Prof Ilfi pernah menjabat sebagai wakil rektor II bidang administrasi, umum, perencanaan, dan keuangan. Dari posisi tersebut, ia dikenal cermat, inovatif, dan mampu melahirkan berbagai terobosan. Salah satunya memperjuangkan pembangunan Kampus III UIN Malang hingga masuk daftar prioritas Bappenas. Ia juga menggagas pembentukan Project Management Unit (PMU) agar proyek besar tersebut berjalan sesuai target dan profesional.
Langkah efisiensi yang ia lakukan pun berdampak besar. Dengan strategi tepat, Prof Ilfi berhasil menghemat anggaran hingga Rp83 miliar tanpa menurunkan kualitas layanan mahasiswa. Di bawah kepemimpinannya, UIN Malang mempertahankan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sampai 2023 serta meraih penghargaan Laporan Kinerja Terbaik dari BKN Kota Malang.
Selain fokus pada manajemen keuangan, Prof Ilfi turut memperjuangkan nasib dosen dan pegawai non-PNS. Ia mendorong pengangkatan dosen kontrak BLU menjadi dosen tetap serta membuka jalan bagi ASN pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), sebuah kebijakan progresif yang jarang ditempuh kampus negeri lain.
Untuk memperkuat motivasi kerja, Prof Ilfi mengembangkan sistem remunerasi berbasis kinerja yang adil, lengkap dengan penghargaan bagi pegawai dan dosen berprestasi.
Perhatiannya pada transformasi kampus juga terlihat dari upaya memperbarui infrastruktur, membangun sistem one gate service, serta mengembangkan konsep Green Campus. Tidak hanya itu. Dia mendorong rebranding UIN Maliki Malang agar lebih dikenal sebagai kampus Islam modern yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Di luar perannya di kampus, Prof Ilfi aktif di bidang sosial, pendidikan, dan keagamaan. Ia mengasuh Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini Pasuruan dan mendirikan koperasi pesantren berbasis pemberdayaan ekonomi. Kiprahnya juga tercatat dalam organisasi seperti Fatayat NU, Muslimat NU, ISNU Jawa Timur, hingga LP3ES. Pada 2023, ia dianugerahi Perempuan Inspiratif Award Malang Raya, bukti nyata kontribusinya bagi masyarakat.
Sebagai akademisi, Prof Ilfi produktif menulis buku, artikel jurnal, serta menghasilkan berbagai hak kekayaan intelektual (HAKI). Bidang risetnya meliputi kepemimpinan, organisasi, kemiskinan, hingga industri halal.
Perjalanan pendidikannya pun mengesankan: lulusan IAIN Sunan Ampel, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, serta program internasional di University of Queensland, Australia. Sertifikasi internasional CAHRM dan CRMP semakin menegaskan kapasitasnya sebagai pemimpin sekaligus praktisi.
Dalam orasi pengukuhan guru besar pada 2023, Prof Ilfi menekankan pentingnya kepemimpinan Islami di era disrupsi -perpaduan antara spiritualitas, profesionalisme, dan moralitas. Pandangan itu terus ia gaungkan dalam berbagai forum nasional, termasuk Halqah Ulama NU, dengan menekankan perlunya metode pengajaran yang adaptif terhadap generasi digital.
Kini, saat amanah rektor resmi diemban, Prof Ilfi membawa visi besar menjadikan UIN Maliki Malang sebagai kampus riset yang unggul secara akademik, berakar kuat pada spiritualitas, dan inklusif dalam pengabdian masyarakat. Ia ingin memadukan tradisi pesantren dengan dinamika global, menghadirkan kampus sebagai pusat peradaban Islam modern.
Kehadirannya sebagai rektor perempuan pertama tidak sekadar pencapaian pribadi. Lebih dari itu, ia menjadi simbol perubahan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia -pemimpin yang menata sistem dengan nilai, melangkah dengan hati, dan menatap masa depan dengan keyakinan. (ads/hel)