INDONESIAONLINE– Program makan siang gratis pasangan calon presiden (paslon capres) nomor urut 02 Prabowo-Gibran tengah menjadi sorotan, termasuk dari para ahli gizi. Hal ini terjadi setelah TKN Prabowo menyebut biaya makan siang gratis mencapai Rp 1 Triliun perhari untuk 82,9 juta penerima.

Menanggapi ramainya pernyataan tersebut, lantas seorang ahli Gizi bernama Hafidza Anisa menghitung dana total 1 porsi per orang adalah Rp 12.062. Pembagian dana tersebut belum termasuk distribusi dan upah pekerja.

“Distribusi sekitar Rp 1800, gaji para pekerja Rp 3000 dan untuk makanannya, dihitung dengan estimasi food cost maksimal hanya Rp 7200. Kira-kira modal segitu bisa beli makanan bergizi apa?,” tulis Hafidza Anisa melalui akun X pribadinya.

Dia pun mengaku geram sebagai ahli gizi, lantaran program tersebut kerap digemborkan dengan narasi makanan yang didapat adalah makanan bergizi.

“Aku ahli gizi, rasa-rasanya ga adil berdiam diri ketika seseorang yang berpotensi berkuasa menggiring narasi yang salah soal makanan bergizi,” jelasnya.

“Tolong jangan bodohi masyarakat. Pemilik usaha katering pasti mengerti betapa mustahilnya food cost Rp 7.200 untuk makan besar lengkap,” imbuhnya.

Termasuk untuk program susu gratis, Hafidza meminta agar para politisi berhenti untuk menggiring opini bahwa susu, terutama susu sapi, baik bagi semua anak Indonesia.

Baca Juga  Dapat Pertanyaan Soal Papua di Debat Capres, Prabowo Akui Rumit dan Ungkap Keterlibatan Asing

“Tenar dari kalimat 4 sehat 5 sempurna yang merupakan adaptasi basic four Amerika. Tahun 1950-an, Indonesia memang punya anggapan bahwa susu adalah penyempurna gizi. Tapi itu dulu, sudah jadul sekali,” jelasnya.

“Kalau baca buku ini, teman-teman akan sadar bahwa pemuja susu dalam konsep tersebut malah menimbulkan masalah gizi ganda pertama kali di Indonesia. Kegemukan. Oleh karenanya tahun 1955, depkes memperkenalkan konsep baru. Lahirlah gizi seimbang,” imbuhnya.

“Selanjutnya tahun 2014 direvisi pesan gizi seimbangnya. Sampai puncaknya tahun 2017, ada Inpres soal hidup dengan konsep gizi seimbang lagi,” sambungnya lagi.

Selain itu, Hafidza juga menilai jika enangani gizi buruk dan stunting tidak bisa dilakukan dengan mengonsumsi susu sapi. Hal ini terjadi lantaran mayoritas anak diare karena minum susu sapi.

“Di rumah sakit, pertama kali pasien anak gizi buruk masuk ranap selalu di tes toleransi susu sapi di fase stabilisasi. Kenapa? Karena mayoritas anak diare minum itu,” ujar Hafidza.

“Mau memberi susu ke anak sekolah untuk memperbaiki gizi? Ini data prevalensi malabsorbsi laktosa di Indo:

Baca Juga  Kisah Putri Keluarga Konglomerat Indonesia yang Memilih Hidup Sederhana di Negara Termiskin, Begini Kehidupannya

– usia 3‒5 th sebesar 21,3%

– usia 6‒11 th sebesar 57,8%

– usia 12‒14 th sebesar 73%

Ref: Hegar. Lactose Intolerance in Indonesian Children. Asia Pac J Clin Nutr. 2015; 24,” imbuh Hafidza.

Di akhir pernyataannya, Hafidza kembali mempersilakan masyarakat untuk mengambil keputusan memilih presiden sebijak mungkin. Namun ia meminta agar para politikus tidak membodohi masyarakat dengan stigma yang keliru.

“Pemilu kali ini silahkan ambil keputusan sebijak mungkin. Tolong, jangan bodohi masyarakat dengan stigma gizi yang salah. Beban edukasi ahli gizi di lapangan sudah berat,” pungkas Hafidza.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah memerinci, akan ada 82,9 juta warga menerima manfaat makan siang dan susu gratis.

“Anak-anak SD, SMP, SMA ada 44 juta. Anak balita 30 juta, ditambah di pesantren 5 juta, ditambah ibu hamil 3 juta, jadi 82,9 juta. 82,9 juta ini kami coba pikirkan untuk diberikan makan siang dan susu gratis,” katanya.

Burhanuddin juga memprediksi, dengan jumlah tersebut, biaya yang dibutuhkan senilai Rp 1 triliun per hari. “Jadi setahun itu (kira-kira) Rp 300 triliun,” ujar dia.