INDONESIAONLINE – Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengatasi permasalahan banjir mendapatkan kendala tak terduga. Proyek peninggian jembatan di kawasan Kupang Baru, yang bertujuan untuk mencegah genangan air saat hujan, mendapat penolakan dari warga setempat. Penolakan ini mengancam kelancaran program anti-banjir Wali Kota Eri Cahyadi yang tengah gencar mengatasi ratusan titik rawan banjir di Surabaya.
Setelah menjalani cuti kampanye selama dua bulan, Wali Kota Eri Cahyadi kembali fokus menangani permasalahan banjir yang masih menjadi momok bagi warga Surabaya. Ia telah meninjau sejumlah titik rawan banjir dan genangan, termasuk di kawasan Surabaya Barat dan Selatan. Peninjauan tersebut menemukan bahwa rendahnya jembatan di Kupang Baru menjadi penyebab utama genangan air yang sering terjadi saat hujan.
Rencana peninggian jembatan tersebut, menurut Wali Kota Eri, merupakan solusi efektif untuk mengatasi masalah genangan di Kupang Baru. “Ketika hujan, air meluap dan menggenangi jalan karena jembatan yang terlalu rendah,” ujarnya saat ditemui awak media, Sabtu (30/11/2024).
Namun, rencana baik tersebut mendapat halangan. Warga Kupang Baru, khususnya perwakilan RT/RW setempat, menolak proyek peninggian jembatan tersebut. Alasan penolakan belum diungkapkan secara resmi, namun Wali Kota Eri mengungkapkan kekecewaannya atas kurangnya komunikasi dan koordinasi antara pihak Pemkot dengan warga.
“Ternyata waktu mau dibangun jembatan itu RT/RW-nya menolak. Masa dua bulan saja Camat dan Lurah tidak bisa menyampaikan hal ini? Kalau RT/RW-nya menolak, suruh tanda tangan surat pernyataan, biar saya tidak membangunnya,” kata Wali Kota Eri dengan nada sedikit kesal.
Kejadian ini kontras dengan keberhasilan peninggian jembatan di Wisma Tengger. Sebelum ditinggikan, kawasan tersebut kerap dilanda genangan saat hujan. Namun, setelah jembatan ditinggikan, permasalahan tersebut teratasi. Wali Kota Eri berharap kejadian serupa tidak terulang di Kupang Baru.
“Sekarang Wisma Tengger sudah tidak banjir lagi setelah jembatannya dinaikkan. Ini malah tidak mau (di Kupang Baru). Kalau memang menolak, semua warga tanda tangan, selesai, saya pindah ke lokasi lain yang mau saya selesaikan banjirnya,” tegasnya.
Pemkot Surabaya sendiri menargetkan penanganan sekitar 200 titik banjir dan genangan yang masih tersisa dari total 300 titik prioritas. Penolakan warga di Kupang Baru ini menjadi tantangan tersendiri bagi Wali Kota Eri dalam upaya mewujudkan Surabaya yang bebas banjir. Ke depannya, Pemkot Surabaya tampaknya perlu meningkatkan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendapatkan dukungan dalam program penanggulangan banjir. Kegagalan memperoleh dukungan warga bisa berdampak pada lambatnya penanganan banjir dan menghambat upaya menciptakan Surabaya yang lebih nyaman bagi warganya (mbm/dnv).