Puisi Kematian Tomino: Urban Legend Jepang

Puisi Kematian Tomino: Urban Legend Jepang

INDONESIAONLINE – Jepang, tak hanya memiliki kisah hantu seperti Ju-On atau Sadako saja. Ada Tomino yang juga jadi urban legend Jepang hingga kini.

Tomino no Jigoku merupakan puisi yang dipercaya membawa kematian bagi siapapun yang membacanya keras-keras dan mengulanginya sampai tiga kali. Puisi kematian Tomino telah lama hidup dan sebagian masih dipercaya kesakralannya hingga kini.

Siapa Tomino

Tomino dari berbagai literatur merupakan anak perempuan kecil yang terlahir cacat. Suatu ketika ia membuat puisi untuk orang tuanya. Puisi Tomino bukannya membuat orang tuanya senang, tapi sebaliknya. Gadis kecil ini dimarahi karena puisi yang dibuatnya mengandung makna aneh dan mengerikan.

Tomino tak hanya dimarahi, ia juga dihukum dengan dikunci dalam ruangan sempit dan tak diberi makan.

Tomino meninggal dalam kondisi kelaparan. Namun tak berapa lama setelah ia meninggal, kedua orangtuanya juga ikut meninggal dengan cara yang aneh. Sejak saat itulah muncul legenda puisi Tomino.

Puisi Kematian Tomino

Puisi ini berisi lirik yang berbau kematian, penyiksaan dan kegelapan. Kabarnya bila membaca puisi ini sebanyak 3 kali atau membacanya dengan suara lantang, maka bersiaplah untuk risiko yang buruk.

Selain itu di Youtube juga kabarnya beredar suara rekaman puisi ini. Rekaman pembacaan puisi ini kabarnya bisa membuat orang merinding dan sama-sama memberi efek buruk pada nasib seseorang.

Penasaran dengan isi puisinya? Ini versi Jepang Puisi Kematian Tomino:

Ane wa chi wo haku, imoto wa hihaku, kawaii tomino wa tama wo haku.

Hitori jihoku ni ochiyuku tomino, jigoku kurayami hana mo naki.

Muchi de tataku wa tomino no aneka, muchi no shubusa ga ki ni kakaru.

Tatake yatataki yare tataka zutotemo,mugen jigoku wa hitotsu michi.

Kurai jigoku e anai wo tanomu, kane no hitsu ni, uguisu ni.

Kawa no fukuro ni yaikura hodoireyo, mugen jigoku no tabishitaku.

Haru ga kitesoru hayashi ni tani ni, kurai jigoku tanina namagari.

Hagoni yauguisu, kuruma ni yahitsuji, kawaii tomino no me niya namida.

Nakeyo, uguisu, hayashi no ame ni imouto koishi to koe ga giri.

Nakeba kodama ga jigoku ni hibiki, kitsunebotan no hana ga saku.

Jigoku nanayama nanatani meguru, kawaii tomino no hitoritabi.

Jigoku gozarabamo de kitetamore, hari no oyama no tomebari wo.

Akai tomehari date niwa sasanu, kawaii tomino no mejirushini.

Versi Indonesia:

“Kakak yang memuntahkan darah, adik yang meludahkan api.

Tomino yang lucu meludahkan permata yang berharga.

Tomino meninggal sendirian dan terjatuh ke dalam neraka.

Neraka kegelapan, tanpa dihiasi bunga.

Apakah itu kakak Tomino memegang cambuk?

Jumlah bekas luka berwarna merah sangatlah mengkhawatirkan.

Dicambuk dan dipukul sangatlah mendebarkan,

Jalan menuju neraka yang kekal hanyalah salah satu cara.

Mohon bimbingan ke dalam neraka kegelapan,

Dari domba emas, dan dari burung bulbul.

Berapa banyak yang tersisa dari dalam bungkusan kulit,

Disiapkan untuk perjalanan tak berujung menuju neraka.

Musim semi akan segera datang ke dalam hutan serta lembah,

Tujuh tingkat di dalam gelapnya lembah neraka.

Dalam kandang burung bulbul, dalam gerobak domba,

Di Mata Tomino Yang Lucu Meneteskan airmata .

tangisan burung bulbul, dibalik hujan dan badai

Menyuarakan cintamu untuk adik tersayangmu.

Gema tangisanmu melolong melalui neraka,

serta darah memekarkan bunga merah.

Melalui tujuh gunung dan lembah neraka,

Tomino yang lucu berjalan sendirian.

Untuk menjemputmu ke neraka,

Duri-duri berkilauan dari atas gunung

menancapkan duri ke dalam daging yang segar,

Sebagai tanda untuk Tomino yang lucu.”

Dari literatur lainnya, puisi kematian berjudul Tomino no Jigoku ditulis oleh Yomota Inuhiko dalam bukunya yang berjudul ” The Heart is Like a Rolling Stone.” Puisi ini juga terdapat dalam buku puisi ke-27 milik Saizo Yako.