Memoria: Nyalak Menyalak

*dd nana veno

 

“Ingin memadam pada bisumu yang membasuh cerita kita”

Merapatkan nyeri mencari tepi
mengulang perjalanan air mata
mengeja setiap cahaya, mimpi, nyeri
rasa putus asa.

Serupa kisah Ibrahim yang khusyuk
mencari siapa pada segala benda-benda

dan akhirnya terpana pada yang menghidup
matikan cahaya.

Yang tak bertepi dan melingkari.

Maka, kurapatkan nyeri menuju tepi
agar segala yang membisu dan dihalangi
benda-benda menampakkan diri

Sesuatu akan dimulai dari tepi, segala akan dimulai
dari sisi

yang tak pernah kita pelajari
dari buku-buku dan kisah yang bukan milik kita
sendiri.


Punggung yang senyap
seperti lapang kuruksetra yang dikutuk
pada malam hari.

Baca Juga  Meriahkan Lomba TikTok, Bagian PBJ Setda Kabupaten Malang Imbau Prokes dengan Parodi

Sepi yang menggetarkan mata

para kstaria dan para dewa.

Semesta menghardik dengan keras
setiap nafas yang masih membawa-bawa cinta
pada medan laga yang hanya menyisakan remah
kewajiban.

Simpan cintamu dengan rapi atau jadikan
dzikir.

Tapi pada punggung yang senyap itu
hanya kisah-kisah nyeri yang tak memiliki tepi
yang akan kau baca.

Para pencinta tak bisa lari

sepertiku yang nyaris
membatu

dengan punggung yang kau sebut senyap itu.

Kewajaran hidup adalah terluka
tapi jangan kau simpan tangisan, anakku

nyeri sepi itu do’a.

Mungkin kelak saat kakimu mulai mengukur
jarak nasib, kau tak akan mudah retak.

Percayalah, aku selalu menziarahimu.

“Kelak, kita akan memahami peristiwa dengan cara yang mungkin sama.”

Baca Juga  Sinopsis Ikatan Cinta RCTI 1 Januari 2022, Andin Syok saat Tahu Kecelakaan Mamanya Disebabkan Papa Aldebaran

 

*Hanya penikmat kopi pahit dan tukang wingko