Beranda

Puti Guntur Soekarno Komentari Trend Chuaks di Medsos

Puti Guntur Soekarno Komentari Trend Chuaks di Medsos

INDONESIAONLINE  – Anggota DPR RI, Puti Guntur Soekarno memberikan respons terhadap bahasa gaul anak muda yang sedang tren di media sosial saat ini dengan perkataan; chuaks.

Awalnya Puti masih belum ngeh atau faham dengan perkataan chuaks ini. “Apa itu? Saya juga gak ngerti. Coba yang masih muda,” ujarnya dalam acara Sosialisasi Pengutamaan Bahasa Negara, di Surabaya, Kamis (4/5).

Tak lama kemudian moderator melihatkan konten video viral anak muda yang sedang tren mengatakan chuaks di bagian akhir kosa kata.

“Tapi memang saya melihat kalau di media sosial konten yang dihasilkan anak muda itu banyak sekali kosa kata yang memadu padankan bahasa asing dengan Indonesia, bahasa daerah,” lanjutnya.

Menurut dia dari sisi kreatifitas jadi lucu dan bisa menaikkan followers. “Tapi ya terus terang di luar itu kita harus bisa membiasakan diri bahwa sebagai bahasa persatuan, kemudian sebagai media berbicara antara kita teman, baik formal dan informal bahasa Indonesia harus dikedepankan,” tegasnya.

Hanya saja kata Puti kembali jika memang ada konten yang menyajikan sisi kreatifitas anak muda jangan kemudian jadi ditekan dan tidak boleh. “Mereka memberikan pemikiran kreatifitas anak, tetapi tetap diarahkan berada di koridor bahwa mereka menghormati bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa jati diri kita,” imbuh cucu Ir. Soekarno ini.

Di tempat yang sama Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Umi Kulsum menambahkan bahasa memang berkembang dan tentu akan muncul istilah baru. “Tidak apa. Karena ini merupakan perkembangan bahasa yang tak mungkin kita bendung. Jadi silahkan generasi muda yang menemukan bahasa tertentu maka bisa diakomodasi di kamus besar bahasa Indonesia. Sudah ada kata cie-cie, jadul, julid dan sebagainya,” ujarnya.

Menurut dia pada intinya Kamus Besar Bahasa Indonesia itu merekam kebahasaan yang ada di masyarakat. “Ketika ada lima surat kabar yang menggunakan bahasa tersebut, maka akan terekam dalam kamus besar Bahasa Indonesia,” tegasnya.

“Jadi misalnya ngabuburit dulu bahasa sunda, sekarang dibutuhkan jadi bahasa Indonesia,” pungkas Umi.

Exit mobile version