Piala Wali Kota Malang XII tak hanya soal adu cepat sepatu roda. Event ini menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata, dan UMKM dengan target perputaran miliaran rupiah.
INDONESIAONLINE – Deru roda poliuretan di atas aspal lintasan bukan satu-satunya suara yang menggema di Kejuaraan Sepatu Roda Piala Wali Kota Malang XII 2025. Di balik sorak-sorai penonton dan semangat para atlet cilik, terdengar denyut ekonomi yang berputar kencang, mengubah ajang olahraga menjadi mesin pundi-pundi bagi warga Kota Malang.
Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, saat meninjau langsung gelaran pada Minggu (10/8/2025), tak bisa menutupi senyum bangganya. Baginya, event ini telah melampaui sekadar kompetisi. Ini adalah etalase hidup dari keberhasilan konsep sport tourism yang digagas pemerintah kota.
“Ini bukan hanya tentang siapa yang tercepat,” ujar Wahyu. “Yang membanggakan, multiplier effect-nya sudah sangat terasa. Mereka datang bersama keluarga, bukan hanya untuk lomba, tetapi juga untuk menikmati kuliner, UMKM, dan setiap sudut wisata kota ini,” lanjutnya.
Dari Rp 100 Juta Menjadi Rp 5 Miliar
Angka tidak pernah bohong. Wahyu membeberkan data menakjubkan dari gelaran tahun sebelumnya. Dengan biaya operasional yang “hanya” sekitar Rp 100 juta, perputaran ekonomi yang dihasilkan mampu menembus angka fantastis Rp 5 miliar.
“Tahun lalu, dampaknya luar biasa. Tahun ini, kami akan meminta penyelenggara untuk memastikan lagi berapa perputaran ekonomi riil yang terjadi,” ungkapnya.
Optimisme tersebut sangat beralasan. Tahun ini, jumlah peserta melonjak dari 500 menjadi 600 atlet yang datang dari berbagai penjuru nusantara. Dari Mandalika, Makassar, Semarang, hingga perwakilan dari Sumatera dan Nusa Tenggara Barat, mereka tidak datang sendirian. Mereka membawa keluarga, pelatih, dan kerabat yang turut memadati hotel, restoran, dan sentra oleh-oleh.
Di satu sisi, anak-anak berlatih di bawah tatapan semangat orang tua mereka. Di sisi lain, pedagang bakso Malang, keripik tempe, hingga cenderamata khas lokal sibuk melayani pengunjung yang penasaran.
“Selain kejuaraan, ada efek domino yang menggerakkan sektor UMKM, kuliner, dan pariwisata. Alhamdulillah, dampaknya sangat positif bagi warga,” tutur Wahyu.
Terobosan Baru: Marathon 42 KM Pertama di Malang
Tidak puas dengan kesuksesan yang ada, tahun ini panitia menyiapkan gebrakan baru yang ambisius: marathon sepatu roda sejauh 42 kilometer.
Rute yang awalnya direncanakan di Bali ini akhirnya berlabuh di Kota Malang, menjadikannya sebagai pionir penyelenggaraan marathon sepatu roda di kota tersebut.
“Ini adalah sebuah kepercayaan. Semoga bisa terealisasi, karena para atlet pun menunggu momen ini,” kata Wahyu penuh optimisme.
Dukungan penuh pemerintah kota, yang memasukkan event ini dalam rangkaian 1.000 event Kota Malang, menjadi bukti bahwa Piala Wali Kota bukan lagi sekadar acara tahunan. Ia telah menjadi aset strategis, sebuah model nyata bagaimana olahraga mampu menjadi roda penggerak utama bagi kemajuan ekonomi dan pariwisata daerah (rw/dnv).