Beranda

Ronggo Hadi Negoro: Dari Penghapusan Srengat ke Kebangkitan Blitar

Ronggo Hadi Negoro: Dari Penghapusan Srengat ke Kebangkitan Blitar
Pendopo Ronggo Hadi Negoro Blitar (Ist)

INDONESIAONLINE – Sejarah Kabupaten Blitar pada abad ke-19 diwarnai dinamika politik yang rumit. Penghapusan Kabupaten Srengat dan kebangkitan Blitar menjadi babak baru yang penuh intrik, dengan Ronggo Hadi Negoro sebagai tokoh sentral yang kontroversial.

Tahun 1834, Kabupaten Srengat yang pernah berjaya dihapus Belanda pasca Perang Diponegoro. Wilayahnya dilebur dengan Kabupaten Hantang membentuk Kabupaten Blitar. Ronggo Hadi Negoro kemudian diangkat sebagai bupati pertama Blitar, menandai era baru bagi wilayah yang sempat terpuruk pasca kematian Adipati Arya Balitar di tangan Adipati Nilasuwarna.

Hadi Negoro, seorang aristokrat Surakarta, piawai menjembatani kepentingan lokal dan kolonial. Kebijakannya, seperti sewa tanah kepada perkebunan Belanda, menguntungkan kedua belah pihak. Ia juga berperan penting dalam sistem tanam paksa, memperkuat posisi Blitar dalam hierarki kolonial.

Namun, kepemimpinannya dibayangi tuduhan korupsi dan penindasan. Ia disebut-sebut sebagai ‘The Godfather’ bandit desa, memanfaatkan jago lokal untuk mengontrol wilayah dan mengeksploitasi sumber daya.

Vicente L. Rafael dalam “Figures Of Criminality In Indonesia” menggambarkan Hadi Negoro sebagai penguasa tangan besi yang gemar memanfaatkan bandit lokal untuk melanggengkan kekuasaannya. Sementara Kees Groenboer dalam “Mythe In Lebak Werkelijkheid in Blitar”, menyoroti keterlibatan Hadi Negoro dalam perbudakan dan manipulasi politik desa.

Ironisnya, upaya menghukum Hadi Negoro tak pernah membuahkan hasil signifikan. Ia hanya dicopot dari jabatannya dan diizinkan pensiun setelah tiga tahun kasus korupsinya mencuat.

Asal-usul Hadi Negoro pun penuh misteri. Ada yang menyebutnya kerabat Keraton Surakarta, namun Groenboer menduga ia berasal dari keluarga sederhana, mungkin Arab atau Bengali.

Meskipun kontroversial, Hadi Negoro berjasa menciptakan harmoni antara komunitas Islam dan Kristen di Blitar. “Mededeelingen Van Wege Het Nederlandsche Zendelinggenootschap” tahun 1861 mencatat dukungannya terhadap komunitas Kristen GKJW Maron di tengah ketegangan antaragama.

Warisan Hadi Negoro masih terasa hingga kini. Pendopo Agung Ronggo Hadinegoro menjadi simbol sejarah pemerintahan dan arsitektur Blitar. Pembangunan di masanya juga meletakkan fondasi bagi perkembangan Blitar sebagai pusat administrasi dan perdagangan di Jawa Timur.

Ronggo Hadi Negoro adalah potret pemimpin kompleks dan kontroversial. Ia membangun kembali Blitar dari keterpurukan, namun dibayangi tuduhan korupsi dan penindasan. Namanya tetap terukir dalam sejarah Blitar, meninggalkan warisan yang terus dikenang dan diperdebatkan hingga kini (ar/dnv).

Exit mobile version