INDONESIAONLINE– Kita ketahui bersama bahwa satu minggu terdiri atas 7 hari. Dimulai Senin dan berakhir Minggu.

Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa demikian? Mengapa satu minggu bukan 8 hari? Siapa yang menentukan bahwa satu minggu terdiri 7 hari?

Pencatatan waktu diketahui berasal dari pergerakan Bumi, bulan, dan matahari, untuk menentukan waktu lama dalam setahun, bulan, dan hari.

Melansir LiveScience, orang Babilonia adalah orang yang membuat minggu menjadi 7 hari. Walaupun dalam peradaban lain, ada yang menggunakan 8 dan 10 hari.

Penetapan tujuh hari dalam seminggu ditetapkan oleh bangsa Babilonia pada abad ke-6 sebelum Masehi.

Minggu tujuh hari berasal dari kalender Babilonia, yang pada gilirannya didasarkan pada kalender Sumeria tertanggal abad ke-21 SM.

Jumlah hari tersebut juga sesuai dengan waktu yang dibutuhkan bulan untuk transisi antara setiap fase: bulan baru, bulan sabit pertama, seperempat pertama, bulan purnama, dan seperempat ketiga.

Tapi pada saat itu, hari belum memiliki nama. Mereka hanya menyebutnya hari pertama, hari kedua, dan seterusnya.

Baca Juga  Ini Ungkapan Rindu Perantau pada Kampung Halaman di Tulungagung

Hingga pada zaman Romawi Kuno, tepatnya saat Julius Caesar berkuasa, barulah hari-hari itu diberi nama.

Dikutip dari britannica, nama-nama hari itu ditetapkan berdasarkan matahari, bulan, dan lima nama planet. Sesuai dalam seminggu dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa terkait, yaitu:

– Minggu (Sunday) adalah matahari (sun).

– Senin (Monday) adalah bulan (moon).

– Selasa (Tuesday) adalah Mars yang identik dengan Tiw, dewa perang dalam mitologi di Eropa Utara.

– Rabu (Wednesday) adalah Merkurius yang identik dengan Dewa Woden.

– Kamis (Thursday) adalah Jupiter yang identik dengan Dewa Thor.

– Jumat (Friday) adalah Venus yang identik dengan Dewi Freya.

– Sabtu (Saturday) adalah Saturnus (Saturn).

Penyebaran Penggunaan 7 Hari dalam Seminggu

Peradaban Babilonia punya pengaruh yang kuat di kawasan Asia Barat, Balkan, dan Afrika Utara termasuk Mesir terutama pada abad ke-7 dan ke-6 sebelum Masehi.

Baca Juga  Mengenal Dua Sisi Permainan PUBG untuk Anak

Orang-orang Yahudi, misalnya, mengadopsi konsep tujuh hari dalam seminggu setelah menjadi tawanan Babilonia. Kekaisaran Persia dan Yunani juga mengikuti pola ini.

Berabad-abad kemudian,  saat kebudayaan Yunani yang dipelopori oleh Alexander Agung menyebar ke berbagai wilayah hingga India, konsep tujuh hari dalam seminggu pun ikut merambah.

Para ahli juga mengemukakan bahwa India kemungkinan memperkenalkan konsep ini ke wilayah China pada masa tertentu.

Puncaknya, ketika bangsa Romawi mulai menaklukkan wilayah yang dipengaruhi Alexander Agung. Bangsa ini akhirnya turut menggunakan konsep tujuh hari dalam seminggu.

Kaisar Konstantinus bahkan menetapkan tujuh hari dalam seminggu adalah minggu resmi Romawi pada tahun 321 Masehi dengan hari Minggu ditetapkan sebagai hari libur umum.

Pada abad ke-20 ada upaya mengubah struktur tersebut seperti usulan penambahan hari dalam seminggu atau penyesuaian lainnya. Namun, hal tersebut tak terwujud karena konsep tujuh hari dalam seminggu telah mengakar di berbagai wilayah. (mut/hel)