INDONESIAONLINE – Lebih dari seribu burung yang tengah bermigrasi mati usai menabrak sebuah bangunan di Chicago dalam waktu semalam. Menurut para ahli, kematian lebih dari seribu burung itu terjadi karena cuaca buruk dan bangunan kurang berstruktur ramah burung.

Melansir CNN International, Direktur Chicago Bird Collision Monitors, Annette Prince, mengatakan Chicago Field Museum mengumpulkan lebih dari seribu burung mati yang bertabrakan dengan McCormick Place Lakeside Center, sebuah pusat konvensi yang terletak di tepi Danau Michigan.

Menurut Prince, relawan yang bekerja dengan Chicago Bird Collision Monitors mengumpulkan ribuan burung mati tambahan dari pusat kota. Kata dia, kemungkinan besar ada lebih banyak burung yang terbang setelah bertabrakan dengan sebuah bangunan namun kemudian mati karena luka-lukanya.

“Sungguh luar biasa dan tragis melihat burung sebanyak ini. Saya pergi ke sebuah gedung di mana. Ketika saya berjalan ke gedung itu, rasanya seperti hanya ada hamparan burung yang mati, sekarat, dan terluka,” kata Prince.

“Ada beberapa faktor yang membuat burung mati dalam jumlah yang besar,” sambung Prince.

Ada sejumlah besar burung yang akan bermigrasi ke selatan selama musim dingin malam itu. Burung-burung tersebut telah menunggu angin dari utara atau barat untuk memudahkan perjalanannya. “Burung-burung itu pada dasarnya menumpuk,” kata Prince.

Ketika angin kencang tiba, sejumlah besar burung segera berangkat bermigrasi. Selain itu, ada kondisi berkabut dan awan rendah, yang dapat membuat mereka bingung dengan lampu dan bangunan. Awan tersebut kemungkinan besar menyebabkan burung-burung tersebut terbang pada ketinggian yang lebih rendah sehingga membuat mereka lebih dekat dan bersentuhan dengan bangunan. Utamanya McCormick Place, salah satu bangunan pertama yang ditemui burung saat mereka bergerak di sepanjang Danau Michigan.

Baca Juga  Sebelum Gencatan Senjata, Israel Gencarkan Serangan

Bangunan McCormick Place ini membiarkan lampunya menyala semalaman, saat sebagian besar burung bermigrasi, juga lebih mungkin menimbulkan tabrakan. “Lampu-lampu ini merupakan daya tarik yang sangat menonjol bagi burung – hampir seperti mercusuar,” kata Prince.

Namun burung-burung terus menabrak McCormick Place Lakeside Center bahkan pada siang hari. Kata Prince, yang menjadi sorotan burung adalah sejauh mana panel kaca bening yang besar dapat membingungkan hewan-hewan tersebut. “Jika Anda menggunakan kaca besar yang terlihat seperti ruang terbuka, burung akan mencoba terbang ke dalamnya tanpa melihat penghalang di antara mereka,” ungkap dia.

Menurut Prince, sekian banyak burung yang jatuh kemungkinan masih muda dan pertama melakukan migrasi. “Bagi sebagian dari mereka, ini pertama mereka menjumpai kota atau kawasan perkotaan,” ujarnya.

Andrew Farnsworth, ahli burung di Cornell University yang mempelajari migrasi burung, mengatakan bahwa peristiwa tabrakan tersebut sangat besar. “Kesejahteraan burung-burung yang bermigrasi sangat penting bagi kami dan kami sangat sedih dengan kejadian ini,” bunyi pernyataan tersebut.

“Lampu di fasilitas tersebut menyala karena ada acara dan dimatikan segera setelah gedung itu kosong,” tambahnya.

Baik Farnsworth maupun Prince mengatakan insiden McCormick Place adalah contoh kejadian biasa yang sangat menyedihkan. Yakni burung-burung menabrak gedung-gedung, terutama gedung-gedung dengan panel kaca besar yang membuat lampunya tetap menyala sepanjang malam, selama puncak musim migrasi.

“Masalah tabrakan terjadi setiap malam migrasi di musim semi dan musim gugur,” kata Farnsworth.

Laporan tahun 2019 dari para peneliti di Cornell’s Lab of Ornithology memperkirakan sekitar 600 juta burung mati setiap tahun di AS setelah bertabrakan dengan bangunan. Chicago menduduki peringkat kota paling berbahaya bagi burung selama musim migrasi musim gugur dan musim semi, diikuti oleh Kota Houston dan Dallas.

Baca Juga  Risiko Operasi Plastik di Korsel, Ini Kata Dubes Tiongkok

“Ini adalah masalah yang serius,” kata Farnsworth, yang telah meneliti penurunan beberapa spesies selama beberapa dekade terakhir.  “Ini adalah tantangan yang sangat meresahkan karena hal ini dapat dikendalikan dan merupakan sesuatu yang dapat kita selesaikan,” sambungnya.

Farnsworth dan Prince sama-sama menyoroti dua intervensi besar yang dapat membantu mengurangi jumlah kematian unggas akibat tabrakan. Yakni denhan menerapkan kaca ramah burung dan mengurangi polusi cahaya.

“Kaca ramah burung memiliki semacam fritting atau pola di dalamnya, yang menurunkan reflektivitas sehingga membuatnya terlihat oleh burung,” kata Farnsworth.

Bangunan baru dapat menggunakan kaca ramah burung ke dalam desainnya. Sementara bangunan yang sudah ada dapat melengkapi jendelanya dengan stiker yang membuat kaca lebih terlihat oleh burung.

Menurut Princr, saat ini pihaknya tengah meyakinkan masyarakat untuk beralih ke kaca ramah burung menghadirkan tantangan tersendiri. “Masyarakat sangat menyukai estetika kaca bening atau reflektif,” katanya.

“Saya pikir harus ada perubahan pola pikir bahwa tidak satu pun dari estetika tersebut bernilai ratusan ribu benda yang mati karenanya,” sambungnya.

Selain itu, mematikan lampu, terutama di malam hari, merupakan hal yang sangat penting dalam menyelamatkan nyawa hewan. “Mematikan lampu yang tidak penting adalah hal yang mudah,” kata Farnsworth.

“Ini menghemat energi, baik untuk kesehatan manusia, dan menghentikan ketertarikan dan disorientasi burung,” imbuhnya.

Menurut Prince, dampak kematian akibat tabrakan hanya akan meningkat karena burung dan hewan lainnya juga menghadapi ancaman perubahan iklim dan perusakan habitat. “Burung-burung ini tidak tergantikan,” kata Prince.

“Mereka juga berharga karena kita menikmatinya, dan mereka berharga karena penting bagi lingkungan kita,” pungkas Prince. (bin/hel)