INDONESIAONLINE – Konsep maupun riasan pengantin di era ini kini semakin beragam. Di berbagai daerah, termasuk juga di Jawa Timur, khususnya Malang ternyata mempunyai konsep pengantin yang dahulu menjadi ciri khas. Konsep adat dan riasan yang jadi ciri itu adalah Malang Kaputren.
Malang Keputren sedikit berbeda dengan riasan dan aksesoris pada pengantin adat Jawa lainnya. Namun, secara busana pengantin putri memakai busana yang menyerupai busana pesta putra-putri raja.
Busana yang digunakan, berupa baju atau kebaya panjang dari bahan tertentu dan dikenakan bersama satu lembar kain yang diwiron. Tampilan pengantin ini sedikit berbeda pada tampilan mahkota, melati dan lebih sederhana tatanannya dibandingkan adat Jawa lain.
Meski telah menjadi ciri khas atau dapat dibilang identitas Malang, namun sangat disayangkan Malang Kaputren yang kini telah banyak ditinggalkan di Jawa Timur, khususnya di Malang. Hal ini dibenarkan Dinar Rahadian, Praktisi make-up dari Dinar Weddover Malang.
“Malang Kaputren, banyak yang tidak memakainya. Kebanyakan meskipun di Jawa Timur pakainya ya Solo Putri, Jogja Paes Ageng, Jogja Putri, hingga Sunda,” jelasnya saat diwawancarai dalam sebuah pameran Wedding beberapa saat lalu.
Lebih lanjut Dinar menjelaskan, bahwa dalam riasan adat, tentunya terdapat pakem yang menjadi dasar. Sehingga, pakem ini tentunya sudah dipelajari dan dikembangkan lagi mengikuti modernisasi dengan tanpa meninggalkan pakem.
“Jadi tetap ikut trend, tapi sesuai pakem,” katanya.
Untuk itu, sebagai bagian dan partisipasi untuk melestarikan budaya tata rias pengantin Malang Kaputren, Dinar Weddover kini juga tengah gencar untuk lebih mengenalkan tata rias Malang Kaputren tentunya dengan tetap memberikan kesan modernisasi.
Disisi lain, dari sebuah jurnal penelitian “Modifikasi Tata Rias Pengantin Putri Muslim Malang Kaputren” oleh Siti Hajar Khoirunnisak, dijelaskan bahwa tata rias pengantin Malang keputren boleh dimodifikasi tetapi hanya sebesar 40 persen.
Sehingga, sebagian besar atau 60 persennya tetap mempertahankan pakem dari Malang Kaputren. Dalam jurnal itu dijelaskan bahwa beberapa aksesoris hendaknya tidak diganti.
Aksesoris itu meliputi, mahkota atau Jamang padma kumala, kembang goyang yang berjumlah lima buah hingga jarik Gringsingbang, yakni pengantin Malang Keputren.
Disisi lain, tata rias pengantin Malang keputren mempunyai banyak pengaruh dari kerajaan Singosari. Salah satu bukti jelas pengaruh tata rias Malang Kaputren dari Kerajaan Singosari adalah arca Ken Dedes yang dirias dengan adat tersebut.