FGD UIN Maliki Malang soroti strategi reputasi internasional. Lukman Hakim Saifuddin tantang kampus ciptakan pasar ilmu, bukan sekadar terjebak jargon global.
INDONESIAONLINE – Upaya Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang untuk menembus peringkat universitas kelas dunia (World Class University) memasuki babak baru. Tidak sekadar mengejar label administratif, kampus berlogo Ulul Albab ini didorong untuk mengubah strategi dari sekadar “pengikut arus” menjadi “pencipta pasar” dalam kancah akademik global.
Pernyataan tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Transformasi Akademik dan Non Akademik dalam Mencapai Reputasi Internasional” yang digelar di Ruang Rektor UIN Maliki Malang, belum lama ini.
Hadir sebagai narasumber utama, Mantan Menteri Agama RI, Dr. K.H. (HC) Lukman Hakim Saifuddin, menyoroti fenomena jebakan jargon globalisasi yang kerap dialami perguruan tinggi. Menurutnya, transformasi menuju level internasional seringkali terjebak pada seremoni tanpa dampak substansial.
“Daripada terjebak pada jargon, UIN Maliki Malang harus berani menentukan arah permainan. Apakah ingin menciptakan pasar ilmu, atau sekadar ikut arus?” tegas Lukman di hadapan jajaran pimpinan universitas.
Lukman menekankan bahwa rekognisi internasional membutuhkan taktik konkret. Hal ini meliputi perancangan riset yang menjawab problem global, pembaruan kurikulum yang adaptif, serta kolaborasi internasional yang hidup, bukan sekadar tumpukan dokumen kerja sama (MoU) yang pasif.
“Perubahan hanya bermakna kalau dikawal oleh semangat yang juga ikut berubah,” tambahnya.

Paradoks Global dan Lokal
Merespons tantangan tersebut, Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., menawarkan perspektif penyeimbang. Menurut Guru Besar bidang Ekonomi ini, ambisi melesat ke langit (global) tidak boleh mencabut akar kampus dari bumi (lokal).
Prof. Ilfi menyinggung data empiris sosial di sekitar kampus sebagai tolok ukur keberhasilan yang tak kalah penting dari peringkat internasional. Ia merujuk pada pesan lama Lukman Hakim yang menjadi prinsip kepemimpinannya.
“Kalau masyarakat di sekitar kampus belum menunjukkan kehidupan yang religius atau taraf hidup yang lebih baik, artinya UIN Maliki belum sepenuhnya berhasil. Sekalipun kita sudah mendapat label internasional,” ujar Prof. Ilfi.
Pernyataan ini menegaskan posisi UIN Maliki Malang yang ingin mempertahankan identitas Islam moderat dan integrasi sains-agama sebagai nilai jual unik di panggung dunia, sembari tetap berdampak pada masyarakat sekitar.
Reformasi Tata Kelola
Forum yang dihadiri oleh Wakil Rektor, Kepala Biro, Dekan, hingga Ketua Senat ini tidak hanya berhenti pada wacana. Diskusi mengerucut pada evaluasi teknis mengenai peta jalan (roadmap) internasionalisasi yang lebih realistis.
Beberapa poin krusial yang disepakati meliputi: Restrukturisasi Riset: Fokus pada isu-isu yang memiliki nilai tawar global namun berakar pada kekhasan UIN Maliki. Infrastruktur Digital: Penguatan ekosistem siber yang responsif terhadap kebutuhan komunitas akademik internasional dan Budaya Akademik: Menghapus sekat administratif yang menghambat produktivitas dosen dan mahasiswa.
Langkah ini sejalan dengan target Kementerian Agama yang mendorong PTKIN untuk masuk dalam jajaran 500 perguruan tinggi terbaik dunia. Transformasi yang digagas UIN Maliki Malang kali ini menyentuh aspek fundamental: cara berpikir (mindset) dan tata kelola.
“Transformasi ini bukan soal dokumen, tapi soal ritme riset dan kualitas interaksi. Kami sedang menginternalisasi jati diri baru: kampus yang bersuara lantang di dunia internasional, tapi tetap peka pada kondisi sosial di rumah sendiri,” pungkas Prof. Ilfi menutup diskusi (as/dnv).













