Badan Sains dan Teknologi Tiongkok Dibentuk, Amerika Ketar-Ketir

INDONESIAONLINE – Pendirian Badan Sains dan Teknologi Tiongkok secara misterius, baru-baru ini, membuat ketar-ketir Amerika Serikat. Hal ini dipicu hampir seluruh informasi Badan Sains dan Teknologi Tiongkok dirahasiakan secara total.

Kekhawatiran Amerika Serikat juga dipicu dengan tujuan Tiongkok dalam membentuk lembaga tersebut. Di mana, adanya badan sains dan teknologi akan jadi persaingan ketat antara Beijing dan Washington, walaupun berlangsung di bawah tanah.

Kerahasiaan seputar badan sains dan riset ini kemungkinan akan terus berlanjut. Menurut para pengamat, mereka memperkirakan Beijing akan tetap bungkam mengenai strategi sains dan teknologi di masa depan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan teknologi yang semakin ketat dengan Amerika Serikat.

Para analis menunjukkan berbagai faktor di balik kerahasiaan Beijing, termasuk kekhawatiran akan tekanan kebijakan dari Washington, kekhawatiran akan spionase, dan potensi hubungan antara komisi tersebut dan Tentara Pembebasan Rakyat.

Xie Maosong, seorang peneliti senior di Institut Inovasi dan Strategi Pengembangan Tiongkok di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan, kondisi itu sebagai bagian dari tujuan dalam pengembangan sains dan teknologi.

“Saya pikir Tiongkok ingin menghindari perhatian dari Barat sehingga mereka dapat mendorong agenda pengembangan sains dan teknologinya dengan intervensi dan hambatan yang relatif lebih sedikit,” ucapnya.

Cetak Biru China 2025

Para analis menunjuk pada Cetak Biru Made in China 2025. Cetak Biru ini bertujuan untuk membuat Tiongkok menjadi pemimpin global yang mandiri dalam sektor inovasi strategis.

Hal ini pula yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia dan menandai awal dari perang teknologi antara Beijing dan Washington.

Beijing kemudian menarik kembali tujuan-tujuan tersebut untuk mencoba menyesuaikan diri dengan norma-norma internasional dalam kebijakan industri, meskipun hanya sedikit orang yang percaya bahwa kebijakan itu sendiri sudah tidak ada lagi.

“Gembar-gembor media yang berlebihan menyebabkan interpretasi yang berlebihan (oleh AS),” kata Sun Yutao, profesor di Dalian University of Technology dan pakar kebijakan sains.

Baca Juga  Kampus-Kampus Top AS Demo Pro-Palestina, Ratusan Ditangkap

Sun mengatakan bahwa Beijing dibenarkan untuk tetap menjaga kerahasiaan mengenai badan pembuat kebijakan untuk sektor sains dan teknologi yang sensitif dan mencatat bahwa Tiongkok “semakin khawatir tentang kegiatan spionase”.

Menurut rencana pembangunan yang dirilis 2021, Beijing bertujuan untuk bertahan menghadapi tantangan yang berasal dari “lingkungan internasional yang rumit” dengan program sains strategis di berbagai bidang, termasuk kecerdasan buatan, informasi kuantum, sirkuit terpadu, ilmu otak, serta ruang angkasa, bumi dalam, laut dalam, dan eksplorasi kutub.

Rencana tersebut, yang mencakup periode hingga 2035, berjanji untuk memperdalam reformasi dalam manajemen sains dan teknologi serta meningkatkan tata kelola.

Siapa Pemimpin Badan Sains dan Teknologi Tiongkok?

Para analis secara luas memperkirakan bahwa komisi ini akan diketuai oleh seorang pemimpin dari Komite Tetap Politbiro, eselon tertinggi partai.

Hal ini disebabkan komisi ini akan mengkoordinasikan antara departemen-departemen pemerintah, organ-organ partai, dan militer.

Dalam salah satu pernyataan publik tentang kelompok tersebut, wakil perdana menteri eksekutif Ding Xuexiang yang menduduki peringkat keenam dalam Komite Tetap Politbiro dan beranggotakan tujuh orang menyampaikan “kepemimpinan partai yang lebih baik” di sektor ini dan sistem yang lebih baik untuk “memusatkan upaya dan sumber daya pada usaha-usaha utama nasional” pada pertemuan legislatif nasional.

“Kita harus meningkatkan koordinasi dalam manajemen sains dan teknologi. Fokus pada tujuan strategis dan memiliki ketekunan untuk terus bekerja sampai tugas-tugas utama selesai,” kata Ding pada pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional pada 22 Agustus 2023 lalu.

Dalam pidatonya, Ding mengatakan bahwa reformasi tersebut juga harus mengincar tingkat koordinasi yang lebih tinggi antara militer dan pemerintah daerah.

Baca Juga  Hamas Tawarkan Stop Perang 3 Tahap, Begini Respons Israel

Sebuah sumber yang akrab dengan pembuatan kebijakan ilmu pengetahuan mengatakan, komisi baru ini bahkan mungkin akan mengawasi cabang teknologi militer, atau Komisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (STC) di bawah Komisi Militer Pusat yang berkuasa.

Misteri Badan Sains dan Teknologi Serupa Mengulang Sejarah

Misteri dengan kerahasiaan tingkat tinggi komisi ini mirip dengan yang terjadi di Beijing pada tahun 1950-an. Nie Rongzhen Direktur Komisi Ilmu Pengetahuan Nasional dan wakil ketua komisi militer Tiongkok untuk mengembangkan rudal, bom nuklir, dan satelit buatan, mempraktekkan hal itu.

“Situasinya serupa saat ini,” kata Chen Daoyin, seorang ilmuwan politik independen dan mantan profesor.

Meskipun menghadapi tantangan dari sanksi ekspor teknologi dan larangan investasi oleh AS dan sekutunya, Tiongkok ingin mencapai inovasi lokal di bidang-bidang utama dan membangun sistem nasional untuk memobilisasi sumber daya secara nasional untuk proyek-proyek teknologi utama, lanjut Chen.

“Anggota komisi ini seharusnya merupakan teknokrat yang loyal dengan prestise tinggi. Pengungkapan personel kunci dapat menjelaskan arah atau pengembangan inisiatif inovasi Tiongkok,” ujarnya.

Seorang ilmuwan roket Tiongkok mengatakan bahwa akan “sangat mudah” bagi AS untuk “menyabotase kemajuan Tiongkok jika Beijing membuat semuanya transparan”.

“Kerahasiaan bukanlah hal yang baru dalam persaingan teknologi. Semakin maju, semakin rahasia. Karena sekali bocor, itu akan merusak seluruh strategi negara ke depan dan membuat kita mundur selama bertahun-tahun,” kata ilmuwan tersebut.

“Namun, saya rasa pendekatan yang rendah hati ini tidak berarti Tiongkok menutup pintu bagi kerja sama internasional di bidang sains dan teknologi. Misalnya dalam teknologi ruang angkasa, AS telah menolak untuk bekerja sama dengan kami, biarlah. Kami melakukan penelitian sendiri sambil terus bekerja sama dengan pihak-pihak yang masih ingin bekerja sama dengan kami, seperti Rusia, untuk menemukan sinergi,” paparnya.