INDONESIAONLINE – Waria bernama Pura Luka Vega (33) asal Filipina menghadapi reaksi keras atas aksinya sebagai Yesus. Kelompok-kelompok Kristen di Filipina telah mengajukan tuntutan pidana kepadanya dengan tuduhan “menodai iman dan pelindung agama mereka”.

Luka menjadi viral setelah videonya di X (sebelumnya Twitter) berpakaian ala Yesus Kristus dan membawakan lagu Bapa Kami dengan gaya rock.

Sontak saja, hal ini memicu kemarahan para pemimpin gereja dan anggota parlemen yang menyebut penampilan Luka sebagai “penghujatan”.

Pada akhir Juli, Gerakan Filipina untuk Yesus, yang terdiri dari para pemimpin gereja Protestan, mendaftarkan pengaduan kriminal pertama ke Kantor Kejaksaan Manila.

Mereka menuduh Luka melanggar Pasal 201 dari hukum pidana negara itu – yang menghukum publikasi, pameran cabul dan pertunjukan tidak senonoh.

Kelompok Katolik Nazarene Brotherhood juga melakukan pengaduan yang diajukan minggu ini.

Baca Juga  Hamas Kembali Bebaskan 16 Sandera, Israel 30 Tahanan

Tak hanya dituntut pidana, Luka juga menjadi persona non grata di banyak kota, termasuk Manila. Eksesnya tentu pada pekerjaan Luka yang mencari nafkah di berbagai klub. Menjadi persona non grata artinya seluruh fasilitas umum seperti klub, pub pun tidak akan berani menampilkan mereka dalam pertunjukan.

Selama beberapa dekade, waria di negara ini sebagian besar tampil sebagai komedian, meniru penyanyi dan aktris, serta menyampaikan lelucon dalam pertunjukan stand-up.

Luka adalah bagian dari generasi baru waria yang memposisikan diri sebagai seniman yang menggunakan pertunjukan mereka untuk menguji batas-batas kebebasan berbicara.

Luka juga ngotot bahwa aksinya berpakaian serupa Yesus dan bernyanyi Bapak Kami adalah seni.

Namun Pastor Jerome Secillano, juru bicara Konferensi Waligereja Filipina mengatakan, sebuah ekspresi iman seharusnya mengandung penghormatan.

“Saya tahu Pura Luka Vega mengatakan bahwa itu adalah seni… Tapi yang mereka lakukan adalah ejekan terhadap iman kami. Kami menyebut tindakan itu sebagai penghinaan. Apakah itu dilakukan oleh pria, wanita, atau anggota komunitas LGBTQ,.” katanya dilansir dari BBC.

Baca Juga  Tentara Israel dan Tank Targetkan Siapa pun yang Berlindung di RS Al Shifa

Respon Luka

Menanggapi reaksi tersebut, Luka meminta maaf kepada mereka yang tersinggung oleh tindakannya.

“Apa yang orang tidak mengerti adalah bahwa Luka tumbuh dengan latar belakang agama [dan] masih mempraktikkan keyakinannya dengan caranya sendiri,” kata Dulcinea Zulueta yang bekerja dengan Luka.

Zulueta juga menyebut mereka telah menerima ancaman pembunuhan. “Kami menerima pesan dari para pendeta yang mengatakan bahwa kami akan masuk neraka,” ujarnya.

Nasib Luka sebenarnya sama dengan seniman Filipina lainnya. Pada tahun 2011, seniman visual Mideo Cruz menuai kemarahan dari gereja Katolik karena sebuah instalasi yang menyertakan salib dan simbol lingga.