INDONESIAONLINE – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa serangkaian gempa dangkal yang terjadi di Jawa Timur pada Jumat (22/3) sumbernya lebih dekat dengan Bawean, Kabupaten Gresik. Sehingga penyebutannya pun seharusnya gempa Bawean, bukan gempa Tuban.

“Berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik/ dampak gempa, maka nomenklatur yang tepat adalah GEMPA BAWEAN bukan GEMPA TUBAN,” ungkap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono melalui akun X pribadinya, pada Sabtu (23/3).

Update hingga Jumat (23/3) pukul 18.21 WIB, susulan gempa Bawean terus berlanjut hingga terjadi sebanyak 64 kali. Serangkaian gempa tersebut bersamaan dengan terjadinya gempa utama berkekuatan magnitudo 5,9 dan magnitudo 6,5.

“Rangkaian gempa Bawean sudah 49 kali,” tulis Daryono pada Jumat (22/3) pukul 17.58 WIB.

“Update Gempa Bawean Jatim sampai dengan (22/3/2024) jam 18:21:27 WIB. Sebanyak 64 gempa,” imbuhnya.

Baca Juga  Potensi Hujan Lebat di Jatim Mulai Menurun

Menurut Daryono, dalam gempa yang terjadi pada Jumat (22/3) pukul 15.52 WIB, magnitudo 6,5 termasuk dalam serangkaian gempa utama di Laut Jawa yang sebelumnya terjadi magnitudo 5,9.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa (utama) ini memiliki parameter update M6,5. Episenter pada koordinat 5,92° LS ; 112,35° BT, atau tepatnya di laut 114 Km arah Timur Laut Tuban dgn kedalaman 12 km,” tulis Daryono.

“Gempa M6,5 yg terjadi ini merupakan bagian rangkaian gempa bumi Laut Jawa M5,9 yang terjadi pada pukul 11:22:45 WIB. Hingga pukul 16.15 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 22 (dua puluh dua) aktivitas gempabumi,” sambung  Daryono.

Adapun berdasarkan laporan dari masyarakat gempa bumi M 6,5 ini menimbulkan kerusakan di Pulau Bawean hingga Surabaya. Meski begitu, hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

Baca Juga  Bupati Tulungagung Tinjau Lokasi Bencana Alam Angin Puting Beliung di Desa Sukorejo

“Gempa M6,5 ini dirasakan di P. Bawean dengan intensitas V-VI MMI, Blora, Madura, Gresik, Surabaya, Kab. Banjar dengan skala intensitas III-IV MMI, Mojokerto, Banjar Baru, Sampit, Banjarmasi, Martapura, Balikpapan, Malang, Lumajang, Madiun, Nganjuk, Jepara, Rembang II-III MMI,” jelas  Daryono.

Menurut Daryono serangkaian gempa yang terjadi di Laut Jawa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa M6,5 yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan geser ( strike-slip),” pungkas Daryono.

Hingga berita ini ditulis, kata kunci “gempa” hingga “bawean” menjadi trending di X. Banyak warganet yang mengunggah kerusakan akibat serangkaian gempa di Laut Jawa tersebut. (bin/hel)