INDONESIAONLINE – Demo aktivis lingkungan yang berasal dari 50 negara lebih, Jumat hingga Minggu (15-17/9/2023) digelar.

Mereka menuntut agar pemerintah-pemerintah berhenti menggunakan bahan bakar fosil yang merusak lingkungan dan memanaskan bumi.

Melansir laporan dari Reuters, di tengah pemberitaan soal banjir, kebakaran hutan, dan kekeringan yang ramai diperbincangkan dunia, para demonstran telah merencanakan demo tuntutan pemberhentian bahan bakar fosil di 54 negara. Termasuk Pakistan, Nigeria, dan Amerika Serikat.

Para penyelenggara berharap lebih dari satu juta orang dari seluruh dunia akan bergabung dalam demo selama akhir pekan ini.

Demo tersebut juga bisa menjadi protes iklim internasional terbesar sejak sebelum pandemi COVID-19, ketika jutaan orang di seluruh dunia bergabung dalam protes iklim yang dipimpin oleh aktivis Greta Thunberg.

Mitzi Jonelle Tan, seorang aktivis iklim di Filipina, mengatakan bahwa protes ini adalah pesan kepada para pemimpin dunia. Di mana saat ini adalah waktunya untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil yang merusak lingkungan. Para penyelenggara mendesak agar beralih ke energi terbarukan.

Selain itu, demonstran juga akan mendesak pemerintah-pemerintah untuk segera menghentikan subsidi bagi industri minyak dan gas. Serta membatalkan rencana ekspansi produksi.

Baca Juga  Perang Hamas vs Israel Seret 10 Negara Timur Tengah ke Pusaran Konflik

Pada tahun sebelumnya, pemerintah-pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan jumlah subsidi yang sangat besar, mencapai $7 triliun untuk industri minyak, gas, dan batubara.

Demo ini datang dua bulan sebelum pertemuan iklim COP28 PBB, dimana lebih dari 80 negara akan berusaha mencapai kesepakatan global untuk mengurangi penggunaan batu bara, minyak, dan gas secara bertahap.

Meskipun bahan bakar fosil adalah penyebab utama perubahan iklim, negara-negara belum pernah mencapai kesepakatan untuk menghentikan penggunaannya dalam perundingan iklim PBB. Namun, mereka telah berkomitmen untuk mengurangi penggunaan batu bara.

Negara-negara yang bergantung pada pendapatan dari minyak dan gas, serta yang merencanakan penggunaan energi berbasis bahan bakar fosil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, diperkirakan akan menolak usulan ini.

Negara-negara kaya juga akan mendapat tekanan untuk memberikan lebih banyak dana untuk membantu negara-negara berkembang berinvestasi dalam energi bersih.

Energi terbarukan sebenarnya lebih murah dalam hal biaya operasional, tetapi seringkali memerlukan investasi awal yang besar untuk membangun pembangkit tenaga angin dan instalasi panel surya dengan cepat.

Baca Juga  Presiden Jokowi Lakukan Misi Perdamaian Rusia-Ukraina, Benarkah karena Hutang Budi Indonesia?

Terlepas dari sumber energi surya yang melimpah, Afrika hanya menerima 2% dari total investasi global dalam energi terbarukan selama dua dekade terakhir.

Sekitar 15.000 orang diperkirakan akan bergabung dalam demo di New York pada hari Minggu, ketika para pemimpin dari seluruh dunia berkumpul dalam Sidang Umum PBB dan sebuah pertemuan iklim pada hari Rabu.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres diperkirakan akan meminta negara-negara untuk memperkuat rencana mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Sebuah laporan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa dunia berada pada jalur menuju pemanasan global yang sangat berbahaya. PBB juga menyerukan tindakan lebih lanjut untuk menghentikannya. Termasuk pengurangan besar-besaran dalam penggunaan energi batu bara sebelum tahun 2030.

Laporan PBB juga menginginkan peningkatan investasi keuangan besar-besaran untuk membantu negara-negara berkembang, beralih ke energi bersih dan menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin buruk (bn-ga/dnv).