Dilema Rencana Merger Sekolah di Kabupaten Malang yang Minim Siswa

INDONESIAONLINE – Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Ngabab menjadi salah satu sekolah di Kabupaten Malang yang jumlah siswanya cenderung minim. Yakni hanya ada sekitar 80 siswa dalam satu sekolah. Jika dihitung dalam satu kelas hanya ada sekitar 12 hingga 15 siswa. 

Dengan hal tersebut, sekolah yang berada di Dusun Torongrejo, Desa Ngabab, Kecamatan Pujon ini kemungkinan bakal dimerger atau digabung dengan sekolah lain yang ada di sekitarnya. Namun menurut Kepala SD Negeri 3 Ngabab, Muhammad Syafii, ada konsekuensi yang harus diambil. 

“Kalau dimerger Pak Bupati ya monggo, tapi setidaknya aset jalan di sekitar desa ini harus diperbaiki,” ujar Syafii. 

Hal itu lantaran jika SD Negeri 3 Ngabab jadi dimerger, maka kemungkinan sekolah yang terdekat adalah di SD Negeri 1 dan 2 Ngabab. Yang sebenarnya terletak tidak terlalu jauh dari SD Negeri 3 Ngabab. Namun menurut Syafii, jalannya cukup sulit untuk dilalui dari lingkungan sekolah tersebut. 

“Sebenarnya tidak terlalu jauh. Kurang lebih hanya sekitar 3 kilometer. Tapi jalannya makadam (berbatu) dan terjal. Akan cukup berbahaya bagi anak-anak jika hujan turun, karena jalannya licin,” terang Syafii. 

Hal tersebut dinilai cukup dilematis. Sebab keberadaan SD Negeri 3 Ngabab, cukup digantungkan oleh warga di sekitar sekolah. Namun di sisi lain, merger sekolah menjadi salah satu skema yang direncanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. 

“Ya mungkin kalau dimerger kasihan warga di sekitar sini,” terang Syafii. 

Apalagi, sejumlah ruang kelas di sekolah ini ada yang tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) akibat rusak. Sebenarnya hanya ada 1 ruang kelas yang rusak. Namun, karena berada dalam satu bangunan, dua ruang kelas di sebelahnya terpaksa ikut tak digunakan. 

“Ini kan masih dalam satu bangunan, jadi tidak berani, makanya tidak kami gunakan,” imbuh Syafii. 

Alhasil, dengan kondisi tersebut, ruang yang ada dan masih bisa digunakan, ia sulap agar bisa dimaksimalkan. Dan menurutnya, kondisi itu tidak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar siswa. 

“Jadi alhamdulillah, ada 3 ruang kami jadikan 6 kelas. Kegiatan belajar mengajar masih lancar. Karena satu kelas jumlah siswanya juga memang segitu,” jelas Syafii. 

Sementara itu, Bupati Malang HM. Sanusi telah menyiapkan sejumlah skema untuk mengantisipasi kemungkinan yang muncul jika suatu sekolah jadi untuk dimerger. Salah satunya adalah jarak tempuh siswa atau guru yang kemungkinan menjadi lebih jauh.

Salah satu antisipasi yang direncanakan adalah dengan menyediakan kendaraan khusus yang disiapkan untuk memobilisasi siswa. Hal tersebut masih akan ia bahas bersama sejumlah jajarannya. 

“Nanti mungkin (kendaraannya) bisa dikelola oleh desa atau langsung sekolahnya. Untuk mobilisasi siswa,” ujar Sanusi saat mengunjungi SD Negeri 3 Ngabab, Senin (8/8/2022).