INDONESIAONLINE – Pesona Kota Malang semakin memancar karena bertebarannya pohon tabebuya. Jalur-jalur hijau di kota ini berhias tabebuya yang bunganya mekar di musim kemarau.

Tebaran tabebuya di jalan-jalan Kota Malang itu menjadi perbincangan masyarakat. Indahnya bunga tersebut membuat sejumlah masyarakat ingin menikmati momen tersebut dengan cara berswafoto.

Lalu dari mana sebenarnya tanaman tabebuya itu berasal? Kabid Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Laode Kulaita menjelaskan bahwa tanaman tersebut berasal dari Brazil. Pohon tersebut ketika berbunga memiliki ciri khas yang hampir sama seperti bunga sakura yang tumbuh di Jepang.

“Tabebuya ini berasal dari Brazil. Berbunga biasanya saat musim kemarau,” ujar Laode, Rabu (15/11/2023).

Laode menyebut, tabebuya ini sudah ditanam oleh Pemkot Malang melalui DLH  sejak tahun 2015 lalu. Pohon tersebut ditanam di hampir seluruh jalur hijau dan juga ada yang ditanam secara tematik atau seragam.

Baca Juga  Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di Bangkalan Masih Ratusan Ribu 

“Yang tematik seperti di Jalan Rajasa dan Jalan Arjowinangun. Untuk yang baru ditanam, kami fokuskan di Jalan Danau Jonge. Di sepanjang jalur hijau seluruh Kota Malang  ada vegetasi jenis pohon tabebuya,” ungkap Laode.

Laode pun menjelaskan bahwa pemilihan menanam pohon tabebuya memiliki alasan tersendiri. Selain elok ketika dipandang saat bunga mekar, ternyata perawatannya pun cukup mudah.

“Perawatan, hanya cara pola sederhana dan mudah. Hanya dengan penyiraman pada saat kemarau, pembersihan gulma atau rumput. Melakukan perempesan, perapian ranting yang menjuntai di bawah ketinggian dua meter,” jelas Laode.

Sejumlah ruas jalan di Kota Malang yang indah berkat mekarnya bunga dari Pohon Tabebuya (foto: Hendra Saputra/JatimTIMES)

Dari catatan DLH Kota Malang, saat ini lokasi penanaman pohon tabebuya berada di sejumlah titik lokasi. Seperti halnya di Jalan Rajasa, Jalan Mayjend Sungkono, Jalan Cemorokandang, Jalan Arjowinangun  dan seluruh jalan pada jalur hijau Kota Malang.

Baca Juga  DLH Kota Malang: Hasil MCP Anggaran Revitalisasi Alun-alun Tugu Rp 6,6 Miliar

“Untuk lokasi jalan menyesuaikan luas wilayahnya, karena berhimpitan dengan drainase, bangunan. Untuk jumlah titik penanaman, sesuai kebutuhan lokasi minimal 10 pohon tabebuya daun lebar,” ungkap Laode.

Sejauh ini, Laode menerangkan bahwa pihaknya sedang fokus untuk menanam pohon tabebuya. Terutama di kawasan yang memang memerlukan penanaman pasca penebangan atau lahan mati.

“Seperti di Jalan Danau Jonge. Kita fokus di lokasi yang memerlukan penanaman pasca penebangan atau mati dan pembangunan,” kata dia.

Sebelumnya, Laode menerangkan bahwa awal penanaman pohon tabebuya pada tahun 2015 lalu cukup susah. Sebab, saat itu pohon tabebuya masih langka didapatkan.

“Jadi di tahun 2015 masih sedikit penanaman. Sejak tahun 2018, penanaman rata-rata per tahun kisaran 300 pohon,” ucapnya. (hs/hel)