INDONESIAONLINE – Tragedi kemanusiaan di Gaza terus berlanjut. Militer Israel terus melakukan serangan dengan kekuatan penuh ke wilayah Gaza. Gaza pun menjadi kuburan bagi anak-anak Palestina yang tidak berdosa.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, setidaknya 10.022 orang telah terbunuh. Termasuk 4.104 di antaranya adalah anak-anak.

“Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak. Ratusan anak perempuan dan laki-laki dilaporkan terbunuh atau terluka setiap hari,” ucap Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Selasa (7/11/2023).

Israel dan Hamas, keduanya menolak untuk gencatan senjata. Walau korban sipil, terutama anak-anak terus berjatuhan.

“Operasi darat Pasukan Pertahanan Israel dan pemboman yang terus berlanjut menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan fasilitas PBB-termasuk tempat penampungan. Semua fasilitas tidak ada yang aman,” ujar Guterres.

Baca Juga  Israel Serang Iran, Berdalih Sponsor Serangan Hamas 7 Oktober 2023

Organisasi-organisasi internasional juga menyuarakan hal senada. Mereka meminta kedua belah pihak untuk melakukan gencatan senjata.

“Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. ​​Ini harus dihentikan sekarang,” kata pernyataan 18 organisasi PBB sebelumnya.

Israel tetap ngotot dan berdalih akan melakukan gencatan senjata bila tawanan yang disandera oleh Hamas, saat mereka menyerang Israel Selatan, 7 Oktober dibebaskan terlebih dahulu. Sedangkan Hamas menegaskan pihaknya tidak akan membebaskan sandera atau menghentikan pertempuran ketika Gaza sedang diserang.

“Pada saat yang sama, Hamas dan militan lainnya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan terus meluncurkan roket tanpa pandang bulu ke arah Israel,” kata juru bicara Israel.

Israel juga menuding Hamas bersembunyi bersama warga sipil dan di rumah sakit. Sementara Hamas mengatakan tudingan bahwa Hamas bermarkas di rumah sakit adalah narasi palsu yang harus diverifikasi oleh PBB.

Baca Juga  Rayakan Imlek, Warga Korut Sembah Patung Keluarga Kim Jong-un di Tengah Cuaca Dingin

Amerika: Gencatan Senjata Untungkan Hamas

Amerika berupaya keras untuk mengatur jeda konflik agar bantuan bisa masuk, dibandingkan adanya gencatan senjata penuh.

Amerika mengklaim gencatan senjata hanya akan memberi keuntungan bagi militan Hamas.

Presiden AS Joe Biden membahas jeda kemanusiaan tersebut dan kemungkinan pembebasan sandera melalui panggilan telepon dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin (6/11/2023).

Amerika juga menegaskan kembali dukungannya untuk Israel sambil menekankan bahwa mereka harus melindungi warga sipil.

Sementara itu, pada Senin (6/11/2023) malam, wajah para sandera ditampilkan melalui proyektor ke tembok Kota Tua Yerusalem sebagai malam peringatan satu bulan serangan.