INDONESIAONLINE – Perdamaian antara Hamas Palestina dan Israel tampaknya semakin sulit dilakukan. Bahkan, serangan Israel di Gaza terus terjadi, bahkan semakin menjadi-jadi.  Akibatnya, angka korban jiwa warga Palestina sudah mencapai 25.000.

Di sisi lain, Hamas mengeluarkan pernyataan resmi mendesak perang segera dihentikan.

Dalam update Al-Jazeera Senin (22/1/2024), total warga sipil yang tewas di wilayah kantong Palestina itu mencapai 25.100 sejak perang dimulai 7 Oktober.

Dalam 24 jam, setidaknya ada 178 orang tewas dan 293 terluka. Situasi semakin genting karena warga Gaza di pengungsian, khususnya Raffah, juga dilaporkan kekurangan makanan dan air.

Hamas menyerukan agar Israel segera menghentikan agresinya di Gaza. Kelompok itu pun menegaskan hanya rakyat Palestina yang akan menentukan masa depan wilayah kantong tersebut.

Hal ini terungkap dalam dokumen setebal 16 halaman yang dikeluarkan Hamas dalam bahasa Inggris dan Arab, Minggu waktu setempat. Ini merupakan dokumen publik pertama yang dikeluarkan secara resmi oleh otoritas di Gaza itu.

Baca Juga  Gencatan Senjata Berakhir, Israel Kembali Bombardir Gaza

“Hamas mendesak segera penghentian agresi Israel di Gaza, kejahatan dan pembersihan etnis yang dilakukan terhadap seluruh penduduk Gaza,” ujarnya dikutip AFP, Senin (22/1/2024).

“Kami menekankan bahwa rakyat Palestina mempunyai kapasitas untuk memutuskan masa depan mereka dan mengatur urusan dalam negeri mereka,” tambahnya. “Tidak ada pihak di dunia ini yang berhak mengambil keputusan atas nama mereka,” tegas Hamas lagi.

Di sisi  lain, Hamas membenarkan serangannya pada 7 Oktober di Israel selatan. Namun disebut pula bahwa ada sejumlah kesalahan yang terjadi.

“Karena runtuhnya sistem keamanan dan militer Israel dengan cepat, dan kekacauan yang terjadi di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza,” ujar Hamas.

Tetapi, Hamas menegaskan serangan itu adalah langkah yang diperlukan. Tindakan tersebut menjadi respons normal untuk menghadapi semua konspirasi Israel terhadap rakyat Palestina.

Sementara itu, Inggris mengaku kecewa dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan serangakaian pernyataan Netanyahu yang menolak negara Palestina sangat “mengecewakan”.

Baca Juga  Israel Bebaskan 39 Sandera, Hamas 17, Termasuk Bocah 4 Tahun

“Saya pikir mengecewakan mendengar Benjamin Netanyahu mengatakan dia tidak percaya pada solusi dua negara. Sejujurnya, dia mengatakan itu sepanjang karir politiknya, sejauh yang saya tahu,” tandasnya dalam wawancara dengan Sky News, Minggu.

“Saya rasa kita tidak akan mendapatkan solusi kecuali kita mempunyai solusi dua negara,” tambahnya. “Inggris pasti tetap berpegang teguh pada solusi dua negara dan tidak ada pilihan lain,” jelasnya.

Adapun pernyataan ini muncul setelah selama akhir pekan, juru bicara Netanyahu membeberkan isi pembicaraan telepon terbaru antara pemimpin Israel itu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Netanyahu disebut mengatakan kebutuhan keamanan negaranya tidak memberikan ruang bagi negara Palestina yang berdaulat.

“Dalam percakapannya dengan Presiden Biden, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan kembali kebijakannya bahwa, setelah Hamas dihancurkan, Israel harus mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, sebuah persyaratan yang bertentangan dengan tuntutan kedaulatan Palestina,” kata kantor Netanyahu. (mut/hel)