INDONESIAONLINE – Gencatan senjata Israel-Hamas akan berakhir hari ini, Rabu (29/11/2023). Hari terakhir ini pun dimanfaatkan oleh keduanya untuk lebih banyak melepaskan sandera.

Walau telah dicapai kesepakatan, Israel mengutip kantor perdana menteri, melaporkan gencatan senjata dapat diperpanjang, asalkan Hamas terus membebaskan setidaknya 10 sandera setiap harinya.

Namun dengan semakin sedikitnya perempuan dan anak-anak yang masih disandera, sehingga butuh negosiasi agar bisa membebaskan para pria Israel untuk pertama kalinya.

Sementara itu melansir Reuters, Rabu (29/11/2023), kelompok militan Palestina Hamas dan kelompok sekutu Jihad Islam membebaskan 12 sandera pada hari Selasa (28/11/2023). Sehingga total yang dibebaskan oleh Hamas sejak gencatan senjata dimulai pada hari Jumat menjadi 81 orang. Mereka sebagian besar adalah wanita dan anak-anak Israel serta warga negara asing.

Para sandera yang baru saja dibebaskan adalah 10 wanita Israel dan dua warga negara Thailand yang berusia 17 hingga 84 tahun dan termasuk pasangan ibu-anak. Mereka semuanya diberikan pemeriksaan kesehatan awal kemudian dipindahkan ke rumah sakit Israel di mana mereka akan bertemu keluarga mereka.

Baca Juga  Kelompok Negara Muslim Temui DK PBB, Desak Gencatan Senjata di Gaza

Di hari yang sama, Israel membebaskan 30 warga Palestina dari Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki dan pusat penahanan di Yerusalem. Klub Tahanan Palestina, sebuah organisasi semi-resmi, mengatakan separuhnya adalah perempuan dan sisanya adalah remaja laki-laki. Hal ini menjadikan jumlah total warga Palestina yang dibebaskan sejak gencatan senjata menjadi 180 orang.

Para sandera yang dibebaskan Hamas itu adalah bagian dari 240 orang yang ditangkap oleh kelompok bersenjata Hamas saat melakukan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut Israel menyebabkan 1.200 orang tewas.

Sedangkan pengeboman Israel terhadap Gaza yang dikuasai Hamas sebagai pembalasan telah menewaskan lebih dari 15.000 warga Gaza, kata otoritas kesehatan di Gaza.

Qatar, yang memediasi pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan Israel yang menghasilkan gencatan senjata, pada hari Selasa menjadi tuan rumah bagi kepala mata-mata dari Mossad Israel dan CIA Amerika Serikat.

Bahas Fase Baru Gencatan Senjata

Para pejabat membahas kemungkinan parameter fase baru perjanjian gencatan senjata, termasuk pembebasan sandera Hamas yang laki-laki atau personel militer, bukan hanya perempuan dan anak-anak.

Baca Juga  Kasus Pidana Trump, Putin: Busuknya Sistem Politik AS

Para pejabat juga mempertimbangkan apa yang mungkin diperlukan untuk mencapai gencatan senjata yang berlangsung lebih dari beberapa hari.

Qatar berbicara dengan Hamas sebelum pertemuan untuk mengetahui apa yang mungkin disetujui oleh kelompok tersebut. Israel dan Hamas kini tengah mendiskusikan secara internal ide-ide yang muncul dalam pertemuan tersebut.

Secara terpisah, para menteri luar negeri negara-negara Kelompok Tujuh pada hari Selasa (28/11/2023) menyerukan pernyataan bersama untuk perpanjangan gencatan senjata dan lebih banyak bantuan kemanusiaan.

Sekitar 159 sandera masih berada di Gaza. Gedung Putih mengatakan bahwa jumlah tersebut mencakup delapan hingga sembilan orang Amerika. Juru bicara keamanan nasional AS John Kirby mengatakan AS berharap Hamas akan membebaskan lebih banyak warga Amerika, dan pemerintah AS akan bekerja sama dengan Qatar untuk memperpanjang gencatan senjata.

“Kami ingin semua sandera keluar. Cara untuk melakukannya adalah dengan jeda ini,” kata Kirby (bn/dnv)