INDONESIAONLINE – Dari banyaknya spesies ikan yang ada, kamu mungkin pernah mendengar ikan coelacanth. Ikan yang identik dengan kata ‘purba’ ini diperkirakan hidup ratusan juta tahun lalu.

Penampilan mereka pun sesuai dengan sebutan ‘purba’ itu sendiri: berwarna gelap, berukuran raksasa, dan bersisik tebal. Namun kalau kamu mengira ikan ini telah lama punah, kamu salah.

Nyatanya, kamu bisa menemukan ikan ini di beberapa perairan dunia, salah satunya di Indonesia! Mereka berukuran raksasa, nokturnal, dan hidup di gua dan celah dalam laut Sayangnya, kedua spesies yang ada saat ini memiliki status konservasi yang memprihatinkan.

Untuk mengenal lebih jauh ikan purba raksasa ini, yuk simak penjelasannya berikut ini.

Dilansir dari akun Youtube @qhbauntung, nama coelacanth disebut diambil dari bahasa Yunani yaitu coelia yang berarti berongga dan acanthos (duri) yang berarti ikan dengan duri berongga.

Ikan purba ini panjangnya bisa lebih dari 6 kaki dengan berat berkisar 90 kilogram.

Coelacanth punya dua jenis spesies yang dua-duanya termasuk ikan langka. Ada coelacanth Samudra Hindia Barat (Latimeria chalumnae) yang hidup di kawasan lepas pantai timur Afrika, juga coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) yang hidup di perairan Sulawesi.

Keberadaan coelacanth disebut sudah ada sejak 360 juta tahun lalu. Rentang usia coelacanth diperkirakan berkisar antara 60 tahun atau lebih. Sementara itu, pada ikan coelacanth betina, tidak mencapai kematangan seksual sebelum akhir usia 50-an.

Sedangkan coelacanth jantan matang secara seksual pada usia 40 hingga 69 tahun. Mungkin yang paling aneh dari semuanya, peneliti memperkirakan bahwa ikan betina bisa hamil dalam waktu selama kurang lebih lima tahun.

Baca Juga  Wilayah-Wilayah Paling Aneh di Dunia, Berani Jelajahi?

Perbedaan di antara dua spesies ini paling terlihat pada warna dan ukurannya. Melansir Mental Floss, coelacanth Samudra Hindia Barat berukuran lebih besar, bahkan bisa mencapai lebih dari 6 kaki atau 2 meter panjangnya.

Warna mereka juga lebih kebiruan dan dapat hidup di kedalaman antara 91-300 meter. Sementara itu, coelacanth Indonesia berukuran lebih kecil dan berwarna kecokelatan.

Coelacanth dapat membuka rahang mereka lebar-lebar. Mereka memiliki sendi yang berfungsi sebagai engsel. Sendi ini memungkinkan mereka membuka mulut begitu lebar, sehingga dapat melahap mangsa-mangsa berukuran besar.

Tak hanya itu, mengutip Mental Floss, sendi ini beserta otot-otot di sekitarnya akan menambah kekuatan gigitan coelacanth. Jadi, kalian perlu hati-hati kalau bertemu ikan purba ini.

Coelacanth merupakan hewan nokturnal. Mereka akan istirahat di gua atau celah di dalam air saat siang hari. Mereka juga terbilang pasif, dalam artian mereka berenang santai di dasar laut tanpa membuang banyak energi. Saat berburu, mereka bisa berkelana hingga 8 kilometer jauhnya.

Coelacanth memiliki lebih banyak lemak daripada otak di dalam kepalanya. Otak ikan coelacanth hanya mengisi sekitar 1,5 persen dari luas rongga tengkoraknya. Sisanya diisi oleh lemak.

Hal ini dikarenakan jaringan otak mereka berkembang jauh lebih lambat dari bagian tubuh lainnya. Mereka memiliki perbandingan ukuran otak yang jauh lebih besar saat mereka kecil. Seiring dewasa, perbandingan ukuran ini menyusut.

Sepertinya baik manusia maupun hewan pemangsa menghindari memakan ikan ini. Daging coelacanth mengandung banyak minyak, kotoran, dan komponen-komponen lain yang membuatnya tidak enak dimakan. Bahkan, bisa membuat siapa pun yang memakannya mual dan sakit. Tak hanya itu, sisik mereka pun berlendir. Sekujur tubuh mereka juga seperti diselubungi minyak.

Baca Juga  Viral, Penjual Sayur Ikuti Konvoi Rombongan Moge

Dulu, dunia hanya mengenal coelacanth sebagai sebuah fosil. Mereka diduga telah lama punah pada akhir cretaceous atau periode kapur sekitar 65 juta tahun lalu. Namun pemahaman ini berubah sejak tahun 1938.

Melansir Mental Floss, sebuah kapal nelayan menemukan ikan besar aneh yang terperangkap dalam jaring setelah berlayar di perairan Samudra Hindia. Ikan ini kemudian diidentifikasi sebagai ikan coelacanth. Di tempat yang berbeda, penemuan coelacanth terjadi lagi pada tahun 1997.

Melansir Wired, ikan ini ditemukan dijual di sebuah pasar di Indonesia. Tak sampai setahun kemudian, sampel hidup dari spesies ikan ini kembali ditemukan.

Menurut IUCN, dua spesies coelacanth yang ada saat ini patut mendapatkan perhatian serius. Coelacanth Samudra Hindia Barat memiliki status konservasi kritis. Artinya, mereka berada pada risiko tinggi kepunahan di alam liar.

Sementara itu, coelacanth Indonesia berstatus rentan. Bila kita gagal menyelamatkan mereka, maka ikan coelacanth yang dulunya kita kira punah akan benar-benar punah selamanya.

Penemuan pada tahun 1983 lalu tentunya menjadi penemuan yang mengejutkan sekaligus menggembirakan. Kini tinggal bagaimana cara dan inisiatif kita menyelamatkan mereka dari kemungkinan kepunahan. Akan menyedihkan bila kita harus kehilangan seekor ikan yang penampilannya saja dapat membawa kita ke kehidupan ratusan juta tahun lalu. (mut/hel)