INDONESIAONLINE – Tidak lagi ada deflasi pada bulan Oktober 2024 di Jatim. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, pada Oktober 2024 secara bulan ke bulan atau month to month (m-to-m) terjadi inflasi sebesar 0,15 persen.
Catatan tersebut mengakhiri rentetan deflasi Jatim pada tahun ini. Sepanjang 2024, Jatim telah mengalami 5 kali deflasi m-to-m. Itu terjadi sejak awal tahun, meski tak sepenuhnya beruntun hingga September 2024.
Pada Januari 2024, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,10 persen. Sempat inflasi pada Februari-April, deflasi kembali terjadi di Jatim dua bulan beruntun, yakni pada Mei 2024 sebesar 0,21 persen dan Juni 2024 sebesar 0,37 persen.
Deflasi Jatim pada Juni 2024 itu bahkan menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa. Pada Juli 2024, Jatim sempat mengalami inflasi sebelum akhirnya dilanda deflasi lagi pada dua bulan beruntun, yakni bulan Agustus 2024 sebesar 0,07 persen dan September 2024 sebesar 0,12 persen.
Kini, Jatim telah lepas dari deflasi bulan ke bulan. “Inflasi bulan ke bulan (m-to-m) Provinsi Jawa Timur pada bulan Oktober 2024 utamanya dipicu oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,12 persen terhadap inflasi umum,” tulis BPS Jatim dalam laporan terbarunya, Jumat (1/11/2024).
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada Oktober 2024, antara lain daging ayam ras, emas perhiasan, tomat, nasi dengan lauk, bawang merah, kopi bubuk, dan telur ayam ras. Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m adalah bensin, angkutan udara, cabai merah, mobil, kentang, dan cabai rawit.
“Sementara itu, kelompok transportasi menjadi penahan utama inflasi, baik secara bulan ke bulan (m-to-m), tahun kalender (y-to-d), maupun tahun ke tahun (y-on-y),” lanjut BPS Jatim.
Secara year on year (y-on-y), Jatim mengalami inflasi sebesar 1,66 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,63 pada Oktober 2023 menjadi 106,37 pada Oktober 2024. Adapun secara year to date (y-to-d) terjadi inflasi 0,81 persen.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 2,38 persen.
Lalu kelompok pakaian dan alas kaki naik sebesar 1,68 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,47 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,60 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,87 persen.
Selanjutnya, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya naik sebesar 1,43 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,54 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,24 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,04 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan masingmasing sebesar 0,30 persen,” papar BPS Jatim. (ca/hel)